Lempar Lembing
Sejarah Lempar Lembing
Di zaman dahulu lemparan dilakukan dengan berbagai cara:
dari berdiri, dengan ancang-ancang, dengan satu dan dua tangan, terhadap suatu
sasaran dan demi jaraknya. Dari lembing ringan untuk berburu pada bangsa-bangsa
yang masih primitive, tombak berat untuk berperang diseluruh dunia, dan lembing
dari Abad Pertengahan selama berabad-abad, terbentuklah lembing untuk
perlombaan seperti sekarang. Lembing lama dari kayu dengan ujung dari besi dan
sosok untuk membawa, diganti dengan kayu ringan dari Swedia, dan ini terdesak
lagi oleh lembing modern dari logam dan serat kaca (fiberglass).
Selama berpuluh tahun lempar lembing dijuarai oleh para
pelempar dari Finlandia. Dari 1914 sampai 1938 rekor dunia hamper hanya
diperbaiki oleh atlet Finlandia, keseluruhannya dengan lebih dari 16 meter.
Contoh yang baik dalam tradisi lempar lembing Finlandia ialah keluarga
Jarvinen: Papa Jarvinen dalam Olimpiade tahun 1908 menjadi juara ketiga dalam
lempar cakram, dan antara 1903 dan 1906 dua kali memperbaiki rekor dunia.
Kemudian sebagai pelatih ia membawa tiga orang dari anak-anaknya sampai ke
puncak prestasi. Anak bungsunya, Kalle, menjadi juara Finlandia dalam tolak
peluru. Achilles menjadi juara dunia dan pemenang medali perak dalam dasalomba;
dan Matti, yang tertua, antara 1930 dan 1936 memperbaiki rekor dunia dalam
lempar lembing dari 71,57 menjadi 77,32 meter. Pada tahun 1932 ia menjadi juara
Olimpiade di Los Angeles.
Lempar lembing diikutsertakan dalam peserta olimpiade
sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan untuk putra dan putri, sekarang nomor
ini dimasukkan dalam dasalomba dan sapta lomba. Dua perkembangan telah
mempengaruhi pelaksanaan lempar lembing. Yang pertama adalah usaha untuk
menggunakan putaran jenis cakram untuk melempar. Walaupun metode ini
menghasilkan jarak yang baik, namun seringkali tidak diperbolehkan, peraturan
melarang atlet membelakangi arah lemparan. Dengan demikian, peraturan ini telah
memantapkan jenis lempar lembing tradisional.
Perkembangan kedua dihasilkan dari peningkatan jarak yang
luar biasa (melebihi 100 meter) pada lemparan putra. Pembuat peraturan yang
khawatir seringkali mengubah ukuran lembing, dan secara perlahan mengurangi
jarak lemparan lembing putra. Tidak ada perubahan pada nomor putri.
Pada tahun 1953 terjadi kehebohan besar di antara para
pelempar lembing kaliber dunia. Seorang spanyol yang sama sekali tidak
terkenal, bernama Erazquien, telah melempar lembing lebih dari 90 meter, pada
waktu itu suatu jarak impian. Suatu teknik baru memungkinkan pelempar lembing
tersebut dapat mencapai lemparan sejauh itu. Alih-alih ancang-ancang lurus seperti
biasa, Erazquien berputar tiga kali dan melemparkan lembingnya dengan sabun
lunak untuk memperbaiki daya luncurnya.
Tetapi, “teknik spanyol” yang baru itu segera oleh IAAF
(Federasi Atletik Amatir Internasional) dilarang karena pelempar tidak selalu dapat
mengontrol lembingnya, dan karenanya membahayakan penonton. Selain itu,
tentunya juga harus disediakan stadion-stadion baru, sebab dengan teknik baru
itu dapat diharapkan lemparan sampai sejauh 130 meter. Atlet Hongaria, Ferenc
Faragi, pada rekor dunianya tahun 1980 berhasil melemparkan lembingnya sejauh
96,72 meter, suatu kemajuan hebta terhadap rekor-rekor pertama setelah lembing
dibakukan dengan panjang 2,60 m dan berat 800 gram.
Teknik Lempar Lembing
Sudah pada permulaan abad ini diketahui bahwa ancang-ancang,
memegang lembing kebelakang, dan langkah penghubung, membawa pelempar ke dalam
posisi menguntungkan. Langkah penghubung antara ancang-ancang dan lemparan,
yang disebut langkah pendorong (yang dulu masih disebut langkah silang),
dikembangkan oleh orang Swedia dan Finlandia. Langka itu menguntungkan bagi
kecepatan dan pelempar sampai dengan tungkai dan pingganganya sebelum lembing.
Dalam pada itu, sisi lemparnya dengan lengan terentangnya secara kendur, jauh
ketinggalan. Prinsip dasar teknik ini masih memberikan peluang bagi variasi
perseorangan. Walaupun demikian, pada teknik lempar lembing modern tidak banyak
berubah. Hanya pada persiapan lemparan dengan lengan lempar, tegangan tubuh,
dan ancang-ancang terdapat perbedaan antara teknik caliber dunia sekarang dan
teknik 50 tahun lalu. Maka itu, kemajuan prestasi yang eksplosif juga bukan
karena perbaikan teknik, melainkan karena kondisi pelempar dan perkembangan
materialnya.
1. Cara memegang lembing
Lembing dipegang di sisi belakang lilitan. Dengan itu
dimungkinkan pengalihan tenaga yang menguntungkandibelakang titik berat; selain
itu, jari mempunyai tempat pegangan lebih baik. Dibedakan tiga macam pegangan
lembing:
1. Cara
Finlandia dilakukan dengan cara memegang lembing pada bagian belakang
lilitan lembing dengan jari tengah dan ibu jari, sementara telunjuk berada
sepanjang batang lembing dan agak serong ke arah yang wajar, jari-jari lainnya
turut melingkar di badan lembing dengan longgar. Ini adalah
pegangan yang paling banyak digunakan, sebab dengan pegangan demikian lembing
dapat diarahkan dengan baik.
2. Cara
Amerika dilakukan dengan cara memegang lembing dibagian belakang
lilitan lembing dengan jari telunjuk melingkar di belakang lilitan dan ibu jari
menekannya di bagian permukaan yang lain, sementara itu jari-jari turut
melingkar di badan lembing dengan longgar. Dengan pegangan ini, pada waktu pelemparan dapat cepat terjadi penyimpangan lembing ke samping, yang sudah
tentu merupakan kesalahan.
3. Pada yang disebut “pegangan
tang”, lembing dipegang di antara telunjuk dan jari tengah (foto 4). Dengan
pegangan ini dicegah terjadinya luka pada siku, karena pelencangan terlalu
besar pada sendi itu menjadi terhalang (“pegangan kesehatan”). Tetapi lilitan
tipis seperti yang diharuskan, sering menyebabkan masalah pada waktu
pelemparan.
2. Cara membawa lembing
Membawa lembing adalah cara membawa dimulai saat
mengambil awalan sampai saat akan melempar.
· Tangan pembawa
lembing lurus ke belakang serong ke bawah, lembing dipegang di samping badan
segaris dan menempel pada lengan sedangkan ujung lembing di samping dada.
· Tangan pembawa
lembing ditekuk 900 , lembing dipegang setinggi telinga dan
tepat di atas bahu. Posisi lembing bisa horizontal, serong ke atas atau bawah.
· Tangan pembawa
lembing diangkat sedikit lebih tinggi dari kepala. Posisi lembing mendatar atau
serong.
3. Beberapa
hal yang harus di perhatikan dalam lempar lembing
Beberapa Hal Yang di Sarankan
· Memegang
lembing sepanjang jalur lengan
· Melebarkan
langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan
· Berlari
lurus selama melakukan awalan
· Bawalah
berat badan melewati tungkai belakang
· Dapatkan
sebuah pilihan antara tubuh bagian atas dan bagian bawah (bahu kiri dalam
posisi tertutup)
· Luruskan
lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap keatas
· Langkahkan
tungkai kiri jauh ke depan dan cakarkan
· Busungkan
badan dalam posisi lempar dan bawalah sikut keatas sewaktu melakukan lemparan.
Beberapa Hal Yang Harus di Hindari
· Memegang
lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
· Meloncat
ke atas pada langkah terakhir
· Melakukan
dua kali atau lebih langkah silang
· Membawa
ke dua bahu menghadap kedepan
· Pinggul di
tekuk sehingga badan membungkuk ke depan
· Membengkokkan
lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
· Penempatan
kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
· Melempar
berputar melalui samping kanan badan
4. Gaya melempar Lembing
Untuk melakukan suatu lemparan
diperlikan gaya, yang dimaksud dengan gaya adalah sikap atlet dalam melakukan
lemparan. Dalam lempar lembing dikenal dua macam gaya melempar, yaitu :
a. gaya menyamping (Hop step)
b. gaya langkah silang (cross
step)
Langkah silang merupakan gaya lempar lembing yang sering
digunakan oleh atlet pelempar lembing. Gaya cross step ini berasal dari
Finlandia sehingga banyak yang menyebut dengan lempar lembing gaya Finlandia.
Cara lempar lembing gaya Finlandia adalah sebagai berikut, setelah langkah
awalan terakhir lakukan langkah silang :
a. langkahkan kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri. Bersamaan itu tangan
kanan memegang lembing kemudian turunkan dan serong ke bawah.
b. Langkahkan kaki kiri ke depan dengan tetap mempertahankan sikap tangan
kanan.
c. Lankahkan kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri.
d. Lankahkan kaki kiri ke depan selebar mingkin saat telapak kaki tepat
menginjak tanah, putar pinggan ke depan bersamaan tangan kanan ditarik ke depan
atas.
Lentingan badan dan tangan saat
melempar
Cara melakukannya adalah :
a. Sikap terakhir langkah silang merupakan kelanjutan untuk lempar atau sikap
melempar.
b. Jika pelempar menggunakan tangan kanan, kaki kanan di luruskan ke belakang,
kaki kiri berada di depan dan lutut ditekuk.
c. Siku tangan pembawa lembing ditekuk dan diteruskan memutar badan secara
cepat untuk memperoleh lemparan yang baik dan sejauh-jauhnya.
d. Bersamaan dengan memutar badan ke arah sektor lemparan, lembing dilemparkan
dengan cepat.
Sikap akhir setelah melempar
Gerak ikutan atau follow through dilakukan dengn cara :
· Sikap badan menghadap ke arah lemparan lembing, kaki
kanan jatuh ke depan mengganti posisi kiri.
· Kaki kiri ke belakang menjaga keseimbangan sedangkan
tubuh condong ke depan.
Melakukan gerak ikutan dalam lempar
lembing bertujuan untuk :
· membantu kekuatan lemparan.
· Menjaga keseimbangan agar badan tidak melalui garis
batas.
Ukuran dan Lapangan Lempar Lembing
Ukuran Lembing
No
|
Atlet
|
Panjang
|
Berat
|
Lilitan
|
1
|
Putra
|
260 cm - 270 cm
|
700 gram - 800 gram
|
15 cm - 16 cm
|
2
|
Putri
|
220 cm - 230 cm
|
600 gram
|
14 cm - 15 cm
|