LOMPAT TINGGI
Pengertian
Lompat tinggi merupakan olahraga yang menguji ketrampilan
meompat dengan melewat tiang mistar. Lompat tinggi adalah salah satu cabang
dari atletik. Tujuan olahraga ini untuk memperoleh lompatan setinggi-tingginya
saat melewati mistar tersebut dengan ketinggian tertentu.Tinggi tiang mistar
yang harus dilewati atlet minimal 2,5 meter, sedangkan panjang mistar minimal 3,15
meter. Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik. Lompat tinggi
dilakukan tanpa bantun alat.
Dalam pertandingan, mistar akan dinaikkan setelah peserta
berhasil melewati ketinggian mistar. Peserta mestilah melonjak dengan sebelah
kaki Peserta boleh mulai melompat di mana-mana ketinggian permulaan yang
disukainya Sesuatu lompatan akan dikira batal jika peserta menyentuh palang dan
tidak melompat. Menjatuhkan palang semasa membuat lompatan atau menyentuh
kawasan mendarat apabila tidak berjaya melompat Peserta yang gagal melompat
melintasi palang sebanyak tiga kali bertutrut-turut (tanpa di ambil kira di
aras mana kegagalan itu berlaku) akan terkeluar daripada pertandinga Seseorang
peserta berhak meneruskan lompatan (walaupun semua peserta lain gagal) sehingga
dia tidak dapat menuruskannya lagi mengikut peraturan Ketinggian lompatan di
ukur secara menegak dari aras tanah hingga bahagian tengah disebelah atas
padang.Setiap peserta akan diberi peluang sebanyak tiga kali untuk melakukan
lompatan. Jika peserta tidak berhasil melewati mistar sebanyak tiga kali
berturut-turut, dia dinyatakan gagal. Untuk menentukan kemenangan, para peserta
harus berusaha melompat setinggi mungkin yang dapat dilakukan. Pemenang
ditentukan dengan lompatan tertinggi yang dilewati.
Sejarah LompatTinggi
Meskipun event lompat tinggi diikut sertakan dalam
kompetisi pada ollmpiade kuno, kompetisi lompat tinggi tercatat berlangsung
pada awal
abad
ke-19 tepatnya di Skotlandia dengan ketinggian 1,68 meter. Pada masa itu
peserta menggunakan metode pendekatan langsung atau teknik gunting.Lompat
tinggi tidak dilakukan secara sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu yang harus
dikuasai agar peserta terhindar dari kecelakaan.
Pada abad ke -19 peserta lompat tinggi mendarat dan jatuh
diatas tanah yang berumput dengan gaya gunting, yaitu dengan cara membelakangi
. Gaya ini ternyata banyak mengakibatkan cedera bagi para peserta.Sementara
kini, lompat tinggi dilakukan dengan mendarat di atas matras sehingga
kecelakaan dapat di minimalisir. Atlet lompat tinggi sekarang banyak
menggunakan teknik fosbury flop.
Sarana dan Prasarana
1. Untuk Awalan
a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
2. Tiang Lompat
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
3. Bilah Lompat
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a) Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg
b) Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm
c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a) Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg
b) Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm
c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
4. Tempat Pendaratan
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm.
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm.
Macam-Macam Gaya Dalam Lompat Tingg
1. gaya Gunting (Scissors)
Gaya gunting ini beleh dikatakan gaya Swenney, sebab pada waktu sebelumnya (yang lalu) masih digunakan gaya jongkok.Terjadi pada tahun 1880 – permulaan abad ke 20. maka antara tahun 1896 swenny mengubahnya dari gaya jongkok itu menjadi gaya gunting. Karena gaya jongkok kurang ekonomis.
Gaya gunting ini beleh dikatakan gaya Swenney, sebab pada waktu sebelumnya (yang lalu) masih digunakan gaya jongkok.Terjadi pada tahun 1880 – permulaan abad ke 20. maka antara tahun 1896 swenny mengubahnya dari gaya jongkok itu menjadi gaya gunting. Karena gaya jongkok kurang ekonomis.
Cara melakukan:
Øsi pelompat mengambil awalan dari tengah
Bila si pelompat pada saat akan melompat, memakai tumpuan kaki kiri (bila ayunan kaki kanan), maka ia mendart (jatuh) dengan kaki lagi.Ø
ØDi udara badan berputar ke kanan, mendarat dengan kaki kiri, badan menghadap kembali ke tempat awalan tadi.
Øsi pelompat mengambil awalan dari tengah
Bila si pelompat pada saat akan melompat, memakai tumpuan kaki kiri (bila ayunan kaki kanan), maka ia mendart (jatuh) dengan kaki lagi.Ø
ØDi udara badan berputar ke kanan, mendarat dengan kaki kiri, badan menghadap kembali ke tempat awalan tadi.
2. gaya guling sisi (Western Roll)
Pada gaya ini sama dengan gaya gunting, yaitu tumpuan kaki kiri jatuh kaki kiri lagi dan bila kaki kanan jatuhnyapun kaki kanan hanya beda awalan, bdari tengah tapi dari samping.
Pada gaya ini sama dengan gaya gunting, yaitu tumpuan kaki kiri jatuh kaki kiri lagi dan bila kaki kanan jatuhnyapun kaki kanan hanya beda awalan, bdari tengah tapi dari samping.
3. Gaya Straddle
1. Awalan
Awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung dengan langka sekitar 3,5,7,9 langkah. Tujuan dari awalan ini adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan melalui irama awalan
b) Mempersiapkan diri untuk memperoleh sudut lepas landas.
c) Menciptakan arah gerak horizontal diubah ke dalam kecepatan vertical.
Awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung dengan langka sekitar 3,5,7,9 langkah. Tujuan dari awalan ini adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan melalui irama awalan
b) Mempersiapkan diri untuk memperoleh sudut lepas landas.
c) Menciptakan arah gerak horizontal diubah ke dalam kecepatan vertical.
2. Tolakan
Tolakan menggunakan salah satu kaki yang terkuat,apabila tolakannya menggunakan kaki kanan maka awalan dilakukan di sebelah sisi kiri mistar. Tujuan dari melakukan tolakan adalah sebagai berikut :
a) Mengembangkan kecepatan menolak pada sudut lintasan berat badan yang optimal.
b) Memperoleh saat – saat untuk memutar yang di perlukan pada tahap melewati mistar
c) Mengubah arah gerak horizontal menjadi arah vertical.
Tolakan menggunakan salah satu kaki yang terkuat,apabila tolakannya menggunakan kaki kanan maka awalan dilakukan di sebelah sisi kiri mistar. Tujuan dari melakukan tolakan adalah sebagai berikut :
a) Mengembangkan kecepatan menolak pada sudut lintasan berat badan yang optimal.
b) Memperoleh saat – saat untuk memutar yang di perlukan pada tahap melewati mistar
c) Mengubah arah gerak horizontal menjadi arah vertical.
3. Sikap Badan di atas Mistar
Sebaiknya sikap badan pada saat di atas mistar telentang dengan kedua kaki tergantung lemas.Usahakan dagu agak ditarik ke dekap dada,serta punggung berada di atas mistar yang merupakan busur yang melenting. Tujuannya adalah sebagai berikut
a) Membawa bagian tubuh melewati mistar dengan nyaman
b) Membawa titik berat badan sedikit mungkin dengan mistar tanpa menyentuh atau menjatuhkan
c) Menciptakan agar pendaratan dengan baik dan selamat
Sebaiknya sikap badan pada saat di atas mistar telentang dengan kedua kaki tergantung lemas.Usahakan dagu agak ditarik ke dekap dada,serta punggung berada di atas mistar yang merupakan busur yang melenting. Tujuannya adalah sebagai berikut
a) Membawa bagian tubuh melewati mistar dengan nyaman
b) Membawa titik berat badan sedikit mungkin dengan mistar tanpa menyentuh atau menjatuhkan
c) Menciptakan agar pendaratan dengan baik dan selamat
4. Mendarat
Sikap mendarat adalah sikap jatuh setelah melewati busa,sedangkan cara yang baik dalam melakukan pendaratan adalah sebagai berikut
a) Jika pendaratan terbuat dari matras,maka posisi jatuh adalah sisi bahu dan punggung terlebih dahulu
b) Jika pendaratan dilakukan di atas pasir,maka yang mendarat lebih dahulu adalah kaki.Ayun kaki kanan kemudian berguling ke depan ,bertumpu pada pundak bahu kanan.
Sikap mendarat adalah sikap jatuh setelah melewati busa,sedangkan cara yang baik dalam melakukan pendaratan adalah sebagai berikut
a) Jika pendaratan terbuat dari matras,maka posisi jatuh adalah sisi bahu dan punggung terlebih dahulu
b) Jika pendaratan dilakukan di atas pasir,maka yang mendarat lebih dahulu adalah kaki.Ayun kaki kanan kemudian berguling ke depan ,bertumpu pada pundak bahu kanan.
4. .Gaya Fosbury Flop
Cara melakukanya:
·Awalan, harus dilakukan dengan cepat dan menikung/ agak melingkar, dengan langkah untuk awalan tersebut kira – kira 7-9 langkah.
. ·Tolakan, Untuk tolakan kaki hampir sama dengan lompat tinggi yang lainya.Yakni, harus kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan menggunakan kaki kanan, maka tolakan harus dilakukan disebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki bersamaan dengan kedua tangan keatas disamping kepala, maka badan melompat keatas membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama.
. ·Sikap badan diatas mistar, sikap badan diatas mistar terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dan dagu agak ditarik ke dekat dada dan punggung berada diatas mistar dengan busur melintang.
. ·Cara mendarat, mendarat pada karet busa dengan ukuran (5 x 5 meter dengan tinggi 60 cm lebih) dan diatasnya ditutup dengan matras sekitar 10 – 20 cm, dan prtama kali yang mendarat punggung dan bagian belakang kepala.
Yang diutamakan dalam melakuakan Lompatan ialah, lari awalan dengan kecepatan yang terkontol. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar. Doronglah bahu dan lengan keatas pada saat take off. Lengkungan punggung di atas mistar. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalam dari lutut kaki ayun (bebas). Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
Cara melakukanya:
·Awalan, harus dilakukan dengan cepat dan menikung/ agak melingkar, dengan langkah untuk awalan tersebut kira – kira 7-9 langkah.
. ·Tolakan, Untuk tolakan kaki hampir sama dengan lompat tinggi yang lainya.Yakni, harus kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan menggunakan kaki kanan, maka tolakan harus dilakukan disebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki bersamaan dengan kedua tangan keatas disamping kepala, maka badan melompat keatas membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama.
. ·Sikap badan diatas mistar, sikap badan diatas mistar terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dan dagu agak ditarik ke dekat dada dan punggung berada diatas mistar dengan busur melintang.
. ·Cara mendarat, mendarat pada karet busa dengan ukuran (5 x 5 meter dengan tinggi 60 cm lebih) dan diatasnya ditutup dengan matras sekitar 10 – 20 cm, dan prtama kali yang mendarat punggung dan bagian belakang kepala.
Yang diutamakan dalam melakuakan Lompatan ialah, lari awalan dengan kecepatan yang terkontol. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar. Doronglah bahu dan lengan keatas pada saat take off. Lengkungan punggung di atas mistar. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalam dari lutut kaki ayun (bebas). Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Lari awalan yang terlalu cepat
2. Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3. Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4. Badan condong mendekati mistar.
5. Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6. Melewati mistar dalam posisi duduk.
7. Membuat lengkung badan terlalu awal.
8. Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
1. Lari awalan yang terlalu cepat
2. Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3. Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4. Badan condong mendekati mistar.
5. Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6. Melewati mistar dalam posisi duduk.
7. Membuat lengkung badan terlalu awal.
8. Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
Hal – hal yang harus di utamakan :
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak.
3. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Usahakan angkat vertikan pada saat take off/pada saat kaki bertolak meninggalkan tanah.
5. Doronnglah bahu dan lengan keatas pada saat take off.
6. Lengkungkan punggung di atas mistar.
7. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalm dari lutut kaki ayun (bebas).
8. Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak.
3. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Usahakan angkat vertikan pada saat take off/pada saat kaki bertolak meninggalkan tanah.
5. Doronnglah bahu dan lengan keatas pada saat take off.
6. Lengkungkan punggung di atas mistar.
7. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalm dari lutut kaki ayun (bebas).
8. Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung
Peraturan dan Tatacara Perlombaan Lompat Tinggi
Sebelum perlombaan dimulai, ketua Judge/ Juri harus
mengumumkan kepada segenap peserta lomba tentang tinggi mistar permulaan dan
tinggi berikutnya, berapa mistar lompat akan dinaikkan pada akhir tiap babak/
ronde, sampai tinggal hanya ada satu orang atlet peserta lomba yang tersisa
yang tersisa yang memenangkan perlombaan, atau terjadi hasil sama untuk
kedudukan pertama.
Latihan pemanasan pada Arena Perlombaan
Pada arena perlombaan dan sebelum dimulai event lomba,
tiap peserta lomba boleh melakukan latihan praktik lomba ( practice trials )
Sekali perlombaan telah dimulai, peserta lomba tidak
diizinkan untuk menggunakan sarana dan prasarana untuk maksud-maksud latihan,
meliputi:
Jalur ancang-ancang/awalanatau area bertolak atau
bertumpu,
Perlatan lomba
Tanda-tanda/marka-marka
Dalam semua event lapangan apabila suatu jalur
ancang-ancang digunakan, tanda-tanda/marka-marka harus di tetapkan di sepanjang
jalur awalan itu, kecualai untuk lompat tinggi dimana marka itu dapat di pasang
pada jalur awalan. Seorang peserta lomba boleh menggunakan satu atau dua marka
(di sediakan dan di sahkan oleh panitia penyelenggara) guna membantu dia dalam
melakukan lari ancang-ancang dan bertolak. Bila marka demikian tidak
tersediakan, dia boleh menggunakan pita perekat namun bukan kapur atau zat yang
mirip, yang meninggalkan bekas yang sukar di hapus.
Urutan lomba
Para peserta lomba harus berlomba dalam suatu urutan
hasil dari suatu undian. Apabila ada babak kualifikasi, ini harus diadakan
undian baru lagi untuk babak final.
Giliran lomba (Trials)
Dalam semua lomba nomor lapangan, kecuali lomba lompat
tinggi dan lompat tinggi galah, dan pesertanya lebih dari 8 orang atlet, tiap
peserta lomba berhak melakukan 3 kali giliran lomba dan 8 peserta lomba dengan
prestasi sah terbaik berhak mengikuti 3 kali giliran lomba tambahan. Dalam
event dengan hasil sama untuk kedudukan kualifikasi terakhir, ini harus
dipecahkan seperti dijelaskan pada butir 20 dibawah ini.Apabila peserta itu
hanya 8 atau lebih sedikit, tiap peserta berhak mendapatkan 6 x giliran lomba.
Dalam kedua kasus urutan berlomba untuk 3 babak terakhir akan diatur dengan
urutan kebalikan kepada ranking yang dicatat setelah 3 x giliran lomba yang
pertama.
Catatan: kecuali untuk lompat tinggi dan lompat tinggi
galah, tidak ada peserta lomba yang diijinkan melakukan giliran lomba melebihi
1 x giliran lomba yang dicatat didalam salah satu babak dari perlombaan.
Dalam semua perlombaan atletik internasional, kecuali
kejuaraan dunia (out door, junior, indoor dan pemuda) dan olimpiade, jumlah
giliran lomba dalam event lapangan horizontal boleh dikurangi. Hal ini harus
diputuskan oleh badan nasional atau internasional yang mengatur atau mengontrol
perlombaan dimaksud.Panjang keseluruhan mistar lompat harus 4,00 meter pada
lompat tinggi dan 4,50 meter pada lompat galah. Berat max mistar lompat harus 2
kg pada lompat tinggi dan 2,25 kg pada lompat galah. Diameter atau garis tengah
pada bagian mistar yang bulat haruslah 30 mm. Mistar lompat harus terdiri dari
3 bagian batang silinder dan 2 buah ujung mistar yang masing-masing 30-35 mm
lebar dan 15-20 cm panjang untuk maksud meletakkanya pada tiang lompat.
Bila hasil sama
Bila terjadi hasil sama pemecahanya sebagai berikut:
v Peserta dengan jumlah lompatan yang terkecil pada
ketinggian dimana “hasil sama” terjadi, harus diberikan kedududkan yang lebih
tinggi.
v Bila hasil sama itu masih tetap, peserta lomba
dengan jumlah kegagalan terkecil selama perlombaan sampai dengan ketinggian
yang terakhir yang dilewatinya, harus diberikan kedudukan yang lebih tinggi.
v Bila hasil sama itu masih tetap :
Kalau ini menyangkut kedudukan pemenang atau juara 1,
peserta yang membuat hasil sama harus melakukan lompatan sekali lagi pada
ketinggian terendah dimana mereka yang terlibat pada hasil sama telah
kehilangan haknya untuk meneruskan lomba, dan bila tidak ada keputusan yang
dapat dicapai, maka mistar lompat akan dinaikkan bila atlit-atlit yang membuat
hasil sama adalah berhasil, atau diturunkan apabila tidak berhasil, yaitu 2 cm
untuk lompat tinggi dan 5 cm untuk lompat galah. Mereka kemudian mencoba 1 x
lompatan pada setiap ketinggian sampai hasil sama terpecahkan. Para peserta
lomba yang membuat hasil sama harus melompat pada setiap kesempatan ketika
memecahkan masalah hasil sama ini.
Apabila ini menyangkut kedudukan yang lain, maka peserta
lomba yang hasilnya sama harus diberikan posisis yang sama dalam perlombaan
itu.
Peserta harus bertolak pada satu kaki
Seorang peserta gagal apabila:
Setelah melompat mistar lompat tidak tetap berada pada
penopangnya dikarenakan gerakan si atlit waktu sedang melompat.
Dia menyentuh tanah termasuk daerah pendaratan di balik
bidang tegak dari sisi dengan lebih dekat tiang lompat,baik itu daintara atau
di luar tiang lompat dengan salah satu bagian dari tubuhnta, tanpa pertama kali
melewati mistar lompat. Namun, bila dia melompat seorang peserta lomba
menyentuh tempat pendaratan dengan kakinya dan menurut pendapat Judge/juri
tidak memperoleh keuntungan, maka lompatan dengan alasa itu harus tidak dinilai
sebagai suatu kegagalan.
Catatan : Untuk membantu meng-implementasikan peraturan,
suatu garis putih lebar 50mm harus diletakkan dengan titik 3m di luar tiap-tiap
tiang, sisi yang lebih dekat ke garis diletakkan sepanjang bidang yang lebih
dekat dengan sisi tiang lompat.Jalur ancang-ancang dan area atau tempat
bertolak.
Panjang minimum jalur ancang-ancang haruslah 15 meter
kecuali dalam perlombaan berdasar pasal 1.1 a), b), dan c) dimana panjang
minimumnya adalah 20 meter, bila kondisinya mengijinkan panjang minimum adalah
20 meter. Kemiringan keseluruhan maksimum jalur ancang-ancang dan tempat
bertolak atau bertumpu harus tidak melebihi 1:250 dalam arah ke pusat mistar
lompat. Daerah tempat bertolak atau bertumpu harus datar.
Peralatan
Tiang lompat. Semua bentuk dan model tiang lompat dapat
digunakan, asalkan mereka itu kaku dan kekar. Tiang itu mempunyai penopang yang
kokoh untuk mistar lompat. Tiang lompat ini haruslah cukup tinggi untuk
melebihi tinggi sebenarnya terhadap mana kistar lompat dinaikkan dengan minimum
10 cm. Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang dari 4 meter juga tidak
melebihi dari 4,04 meter.
Tiang lompat atau tiang harus tidak dipindah atau tidak
dirubah selama perlombaan berlangsung kecuali jika wasit memfikirkan bahwa
apakah tempat bertumpu atau bertolak ataukah tempat pendaratan tidak sesuai
lagi. Dalam hal ini perubahan harus dilakukan hanya setelah satu ronde atau
babak setelah lengkap selesai dilakukan.Penopang dan mistar. Penopang ini harus
datar dan segi empat, 4 cm lebar x 6 cm panjang. Ini harus terpasang kokoh pada
tiang lompat dan diletakkan saling berhadapan. Ujung mistar lompat harus duduk
atau terletak diatas penopang sedemikian rupa, sehingga bila mistar disentuh
oleh pelompat ini dengan mudah akan jatuh ketanah baik kedepan maupun
kebelakang.Penopang tidak boleh dibungkus dengan karet atau dengan bahan lain
yang memiliki efek menambah friksi atau geseran antara mereka dengan permukaan
mistar lompat, juga tidak dibenarkan memakai per atau pegas apapun.