Makalah berkompetisi dalam kebaikan terkait kepatuhan kepada Allah SWT

KETERKAITAN PERINTAH BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN DENGAN KEPATUHAN TERHADAP PERINTAH ALLAH.SWT


       DISUSUN OLEH :


    KELOMPOK 4
       XI-MIPA 3
SMAN 7 DEPOK 2017



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah.SWT. berkat rahmat dan karunianya yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Keterkaitan Antara Perintah Untuk Berkompetisi Dalam Kebaikan Dengan Kepatuhan Terhadap Perintah Allah.SWT.”.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat mempermudah pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari  bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa yang kami gunakan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat menginspirasi pembaca untuk menjalankan perintah Allah di kehidupan sehari -hari.     




Depok, 13 Agustus 2017

Penyusun     


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                                     
DAFTAR ISI                                                                                                          
BAB 1 PENDAHULUAN                                                                                                    
  1.  LATAR BELAKANG                                                                                            
  2. RUMUSAN MASALAH                                                                                         
  3. TUJUAN                                                                                                                   
  4. MANFAAT                                                                                                                

BAB 2 PEMBAHASAN                                                                                                       
  • STANDAR KOMPETENSI :
  1. Memahami ayat – ayat Al-Qur’an tentang berkompetisi dalam kebaikan.
  • KOMPETENSI DASAR :
  1. Menjelaskan arti Q.S. Al – Baqarah :148 dan Q.S. Fathir:32.
  2. Menampilkan dan mencerminkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan.

BAB 3 PENUTUP                                                                                                         
  1.  KESIMPULAN                                                                                                          
  2. SARAN                                                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                





BAB I :
PENDAHULUAN       
1.1   Latar Belakang
Sebagai seorang muslim, tentu kita tahu tentang seberapa pentingnya untuk menjalani perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah menurunkan ketentuan-Nya semata-mata agar kita seorang muslimin dapat hidup dengan teratur.
Pada materi kali ini, kami mengaitkan berkompetisi dalam kebaikan dengan taat pada perintah Allah. Berkompetisi dalam kebaikan itu sendiri berarti apabila orang berbuat baik kepada siapapun, maka kita harus berbuat lebih baik lagi darinya. Pada dasarnya, berlomba dalam kebaikan berarti kita memperbanyak kebaikan kita dari orang lain. Tetapi hal yang kita lakukan tidak boleh merugikan orang lain, terlebih lagi jika kita menghalalkan segala cara agar dipandang oleh orang lain.
Berkompetisi dalam kebaikan termasuk dalam ibadah apabila niat kita positif. Yang nantinya akan berdampak baik juga terhadap kita. Oleh karena itu, berkompetisi dalam kebaikan sama saja seperti kita menimba pahala. Terlebih lagi jika kita melakukannya sesuai dengan perintah Allah. Contoh yang dapat kita ambil adalah berbuat baik terhadap sesama umat, mencintai anak yatim, maupu menjalankan ibadah wajib dan sunnah-Nya.              Pada masa ini, sudah mulai jarang orang yang berlomba dalam kebaikan. Biasanya saat mereka berkompetisi, mereka menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawannya. Maka dari itu, materi ini sangatlah penting utuk kita bahas, agar ke depannya orang-orang dapat sadar bahwa berkompetisi juga harus mengikuti aturan Allah, agar bermanfaat bagi pelakunya.

  

1.2   Rumusan Masalah
Sebenarnya apa yang harus kita ketahui mengenai berlomba dalam kebaikan ? Seperti yang sudah kami jelaskan sebelumnya, berlomba dalam kebaikan artinya kita melakukan lebih dari apa yang orang lain lakukan. Artinya jika orang melakukan 1 kebaikan, maka kita melakukan 2 kebaikan. Dan begitu seterusnya. Hanya saja dalam pelaksanaannya kita tidak boleh ada rasa ingin riya atau dipuji oleh orang lain. Lalu, apa kaitannya dengan taat terhadap perintah Allah

Allah telah menjelaskan dengan menurunkan Q.S Al-Baqarah : 148.
 “Wa likulli wijhatin huwa muwaliihaa fastabiqul khoirooti ainamaa takuunuu ya ti     bikumul laahu jamii’an innallaha ‘aala kulli syai’in khodir.”
Artinya :
“Dan bagi tiap – tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepada-Nya. Maka berlomba – lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”                                                                                  
               Bagaimana jika kita berlomba dalam kebaikan tetapi ada rasa ingin dipuji ?
Atau pamrih ?
Sebagaimana yang telah Allah ajarkan kepada umatnya, kita tidak boleh melakukan suatu hal karena ingin dipuji. Karena nantinya, hal yang kita lakukan tidak akan bermanfaat bagi kita. Dengan kata lain, jika kita pamrih dalam melakukan suatu hal, kita sama saja melanggar ketentuan Allah.
               Dan apa manfaatnya jika kita berlomba dalam kebaikan ?
Tentu saja manfaatnya kita dapat mendekatkan diri kepada Allah. Kita juga memperbanyak pahala. Kita juga semakin sadar akan pentingnya berbuat baik. Tanpa sadar, kita juga menjalankan perintah Allah, sebagaimana yang dicantumkan dalam Q.S An-Nisa ayat 59 dan At-Taubah ayat 105.
·         Q.S. An - Nisa : 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
·         Q.S. At – Taubah : 105
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

1.3   TUJUAN
Untuk menyadarkan muslimin, bahwa kompetisi harus dilakukan sesuai dengan perintah Allah, yaitu dengan baik, agar hasilnya baik juga kepada kita. Juga jangan sampai membahayakan orang lain, dan menghalalkan segala cara.

1.4   MANFAAT
-          Berkesempatan untuk menjadi sorang hamba yang dimuliakan ALLAH.swt.
-          Berpeluang menjadi seorang hamba yang terbaik seperti yang diungkapkan ALLAH.swt.
-          Berpeluang untuk menjadi seorang hamba yang bermanfaat.
-          Berpeluang untuk menjadi orang yang paling dicintai ALLAH.swt.


  
BAB II :
PEMBAHASAN
Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.

Pengertian Kebaikan
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jikalau tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai, apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalam pelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir. Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya

Dalam Q.S Al-Baqarah : 148 yang berbunyi:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Isi Kandungan:
Masing-masing umat memiliki kiblat sendiri dalam ibadahnya. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi tujuan utama adalah menta'ati perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menjauhi larangan-Nya serta mendekatkan diri kepada-Nya, inilah tanda kebahagiaan. Perintah berlomba-lomba dalam kebaikan lebih dalam daripada sebatas perintah mengerjakan kebaikan. Dalam perintah ini mengandung perintah mengerjakannya, melakukannya sebaik mungkin dan bersegera kepadanya. Barangsiapa yang bersegera kepada kebaikan ketika di dunia, maka dia adalah orang yang lebih dulu ke surganya. Oleh karena itu, mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah orang yang paling tinggi derajatnya. Dan kata "kebaikan" di sini mencakup semua amalan fardhu maupun sunat, baik berupa shalat, puasa, zakat, hajji, Umrah, jihad, manfa'at bagi orang lain maupun sebatas untuk diri sendiri.
Karena pendorong yang paling kuat agar seseorang dapat menuju kepada kebaikan dan bersemangat kepadanya adalah pahala yang dijanjikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maka Dia berfirman seperti yang disebutkan di atas; yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengumpulkan kita semuanya di mana saja kita berada dengan kekuasaan-Nya, dan Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang yang beramal, jika amalnya buruk, maka Dia akan membalas sesuai amal yang dikerjakannya dan jika baik, maka Dia akan membalas dengan berlipat ganda dan memberikan balasan yang terbaik (surga). Ayat yang mulia ini juga mengandung perintah untuk segera melaksanakan kewajiban seperti shalat di awal waktu, segera membayar hutang puasa dan segera berhajji serta anjuran untuk melaksanakan amalan-amalan sunat

Dalam Q.S. Fathir:32 yang berbunyi:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Artinya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Isi Kandungan
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :
1. Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
2. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
3. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari.

Allah swt mewariskan kitab kepada hamba hambanya yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1. Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan godaan syaitan.
2. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok kedalam kemungkaran.
3. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan kebaikan kebaikan dan beramal shalih.


Dari dua ayat tersebut dan kandungan isinya, didapatkan  kita harus berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk berbuat kebaikan dan Senang berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta alam sekitarnya sebagai bukti dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Sebagai hamba Allah kita harus memiliki sikap tersebut karena dapat membawa kita ke surga. Saling berkompetisi tidaklah selalu di kaitkan dengan hal negatif karena selama hal yang dilakukan itu baik dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang khusyu, teguh dan pantang menyerah. Namun kadang yang kita waspadai adalah sikap riya yang terkadang menghantui. Oleh karena itu sudah seharusnya di dahulukan dengan ikhtiar dan keadaan mawas diri. Pada dasarnya itu juga sifat tamak manusia yang berawal dari nafsu. Untuk mencapainya kita mulai dari kehidupan sehari-hari seperti:

·         Belomba-lomba menjadi yang terbaik dalam menolong sesama dan tanpa pamrih.
·         Saling membantu sesama di saat senang maupun susah.
·         Menahan amarah dan menekankan pelampiasan pada kebaikan seperti membantu teman, menolong sesama dan lainnya.
·         Sebagai seorang muslim kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, contohnya, adalah menggunakan waktu luang untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt.
·        Bertaubat apabila melakukan suatu kejahatan, dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi



BAB 3 :
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita sebagai manusia sudah seharusnya berlomba dalam kebaikan dimanapun berada karena pahalnya amat besar. Hal itu bisa dimulai dari kehidupan sehari-hari. Perbuatan baik di lakukan dengan tulus dan menjauhi perasaan riya.

Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.

B.   SARAN
Berbuat baiklah dimanapun berada dan jauhilah riya agar tidak sia-sia amalan nanti. Brlomba-lomba dalam kebaikan selagi nafas dan nyawa masih melekat dalam ruh. Agar kita bisa menjadi hambanya yang ikhlas.



DAFTAR PUSTAKA


Posted by Fadlan Mumtaz
Fadlan Mumtaz Updated at: Monday, September 11, 2017