TUGAS
IPS
PROFIL
TENTANG KEWIRAUSAHAAN
KELOMPOK 3:
1.M
2.H
3.I
4.T
5.A
Pengertian dan Profil Kewirausahaan
1.
Definisi
Kewirausahaan
itu bakat dari lahir, tidak dapat diajarkan. Suku Jawa tidak akan
dapat menjadi pengusaha karena mentalitas priyayinya. Etnis Tionghoa
pasti berbakat tata niaga. Kalau bukan keturunan kasir, tidak akan
mampu untuk menjadi kasir. Akibatnya konon sampai dengan tahun
1960-an, yang jadi kasir di Bank Indonsia harus keturunan Tionghoa
karena jabatan kasir itu merupakan keturunan. Wirausaha suku Minang
tidak akan pernah bisa menjadi pengusaha besar.
Pernyataan-pernyataan
di atas tadi merupakan sebagian dari mitos-mitos ten tang
kewirausahaan. Banyak teori kewirausahaan yang menyatakan bahwa hal
itu melekat pada kelompok etnik tertentu, pada suku tertentu, dan
sebagainya. Mitos-mitos tentang kewirausaan tadi banyak sekali. Sama
seperti halnya beberapa orang buta memberikan definisi tentang gajah
akan mempunyai definisi yang berbeda satu sama lain,demikian pula
halnya tentang kewirausahaan. Setiap wirausaha berdasarkan
pengalamannya akan mempunyai definisinya sendiri-sendiri.
Definisi-definisi
ini bukannya salah. Dalam prespektif masing-masing, pengertian itu
mengandung kebenaran. Misalnya saja ada yang mendefrinisikan
wirausaha sebagai semacam avonturisme. Ini benar dalam arti seorang
wirausaha selalu terdorong untuk merambah bidang-bidang usaha baru.
Wirausaha juga dikatakan sebagai “kecanduan adrenalin”. Ini benar
dalam arti seorang wirausaha seperti orang yang sepertinya tidak
mempunyai rasa capai dalam bekerja keras mengejar cita-citanya.
Wirausaha juga didefinisikan sebagai seorang yang selalu mencari
sesuatu yang mendebarkan (thrill seeking). Ini benar dalam arti bahwa
setiap usaha baru tidak pernah membuat orang biasa meraasa nyaman dan
mapan. Ia belum tahu akan bagaimana hasilnya sehingga usaha tersebut
akan mendebar-debarkan hatinya. Inilah justru kenikmatan yang dicari
Kendati
pelbagai mitos dan definisi diatas tidak salah, namun mengadung
bias-bias subjekti. Bahkan terkadang kontradiktif antara satu sama
lain. Misalnya, seorang wirausaha mengutarakan “pokoknya jalani
saja” berkontradiksi dengan wirausaha lain yang berpendapat “hitung
dulu pendapatan sesal kemudian tak berguna .” Tentu masing-masing
pandangan ini dilatarbelakangi oleh pengalaman hidup masing-masing
wirausaha yang berbeda satu sama lain.
2.
Menuju Definisi Objektif
Bagaimana
kita dapat mendefinisikan pengertian kewirausahaan dengan cara yang
lebih memuaskan. Yang jelas mitos-mitos bahwa seorang wirausaha itu
terkait bahwa etnis atau golongan tertentu, sudah ditinggalkan orang.
Seseorang dapat menjadi seorang wirausaha bukan karena ia termasuk
suatu kelompok atau etnis tertentu, melainkan berkat apa-apa yang
menentukan apakah seseorang akan menjadi seorang wirausaha atau
tidak.
Ciri
sebagai manusia yang bertindak inilah yang menonjolkan pada setiap
wirausaha. Wirausaha adalah seorang katalisator. Merekalah
orang-orang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa
terwujud menjadi suatu kenyataan. Mereka menggunakan kretivitasnya
untuk memikirkan kemungkinan produk atau jasa baru dan menggebu-ngebu
untuk mengimplemaentasikannya. Mereka pencipta dan inovator.
Seorang
pakar kewirausahaan bernama John Kao pernah merumuskan definisi
wirausaha sebagi berikut :
“Kewirausahaan
adalah suatu upaya menciptakan nilai melalui pengenalan pasar,
peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko yang sesuai dengan
peluang, dan komunikasi yang terampil serta memanajemeni untuk
memobilisasi sumberdaya manusia, keuangan dan material yang
diperlukan agar suatu proyek sukses.”
Defini
di atas berujung pada penciptaan nilai. Hal ini tidak dilakukan dalam
suatu vakum melainkan dalam suatu konteks pasar. Dengan mengenal
pasar secara dekat, seorang wirausaha melihat suatu peluang bisnis,
yaitu sesuatu yang kalau terwujud akan memberikan keuntungan bagi
wirausaha. Karena itu, ia menghitung-hitung perbandingan antara
resiko yang ditanggung dengan keuntungan yang mungkin diperoleh.
Ada
perbedaan besar antara seorang penjudi dengan seorang wirausaha.
Seorang penjudi meskipun memakai perhitungan cenderung bersikap
spekulatif. Sedang seorang wirausaha dalam menghadapi resiko, ia
berhitung secara cermat. Ini tidak berarti njilimet dan lama. Proses
perhitungan resiko ini terkadang bahkan dapat dilakukan dalam waktu
sangat pendek, dengan mempergunakan kepekaan bisnis yang terus
menerus diasahnya dalam kancah bisnis sehari-hari. Dengan resiko yang
sudah diperhitungkan ini, seorang wirausaha memulai suatu usaha. Di
sini ia mengintroversikan pikiran-pikiran kretif agar gagasannya
mengkristal.
Setelah
itu ia lalu berkomunikasi dengan semua pihak yang diperlukan untuk
mewujudkan gagasannya. Di situ ia meyakinkan, memotivasi, dan
mendorong semua sumberdaya yang ada untuk mewujudkan peluang bisnis
tadi menjadi suatu kenyataan usaha yang menguntungkan. Di sini ia
mengekstroversikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan melalui
sumberdaya manusia, keuangan, material, dan sebagainya.
3.
Teori aksi
Yang
menentukan apakah seseorang akan menjadi seorang wirausaha atau bukan
adalah perbuatan dan tindakannya. Bukan bawaan, bukan karena bakat,
bukan karena sifat-sifatnya, melainkan karena tindakannya. Tanpa
tindakan, suatu peluang bisnis akan tetap menjadi peluang kosong yang
tidak pernah menjadi kenyataan. Dilihat dari segi aksi ini,
tindakan-tindakan apakah yang dilakukan oleh seorang wirausaha?
Seorang
wirausaha adalah seorang pemimpin yang bertindak. Tanpa tindakan,
mimpi akan tetap tinggal mimpi. Maka ia seorang yang mempunyai
intuisi yang tajam terhadap apa yang sedang terjadi pada lingkungan
bisnis. Namun ia juga seorang implementator yang andal. Ini berarti
seorang wirausaha mempunyai kemampuan menguasai detil-detil yang
diperlukan untuk mewujudkan impiannya.
Pengusaha
detil ini tentu merupakan hasil pembelajarannya. Ia terus belajar
untuk dapat mengekploitasi peluang-peluang yang muncul. Peluang itu
bisa muncul pada banyak hal. Misalnya munculnya hal yang tidak
disangka-sangka sebelumnya, seperti video yang menyodok peran
bioskop. Perkembangan teknologi juga mampu melahirkan peluang bisnis
dalam rekayasa genetik yang ternyata dapat dimanfaatkan di banyak
bidang seperti untuk pemuliaan tanaman, pengembangan budidaya
jaringan (tissue culture), bahkan yang terakhir untuk cloning
binatang, bahkan mungkin manusia.
Peluang
juga dapat muncul karena perubahan gaya hidup. Kebutuhan akan gaya
hidup sehat memunculkan peluang bisnis makanan-makanan tambahan untuk
kesehatan yang menjamur di pasar dewasa ini Demikian juga halnya akan
permintaan teh hijau yang dipersepsi orang dapat meningkatkan
kualitas kesehatannya karena dipromosikan mampu mengurangi kadar
kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, kanker, dan sebagainya.
Peluang
juga bisa muncul karena ada kebuthan adn keinginan (needs &
wants) yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan yang ada. Pendirian
pabrik di suatu lokasi misalnya, menimbulkan peluang bisnis warung
makan dan minuman, pondokan, angkutan, hiburan, bacaan, dan kebutuhan
pokok lainnya. Pendeknya, terhadap peluang bisnis, seorang wirausaha
akan memburunya terus sampai dapat.
4.
Pengaruh Lingkungan
Pertumbuhan
kelompok wirausaha tidak dapat terlepas dari kaitannya dengan
lingkungan. Kalau lingkungan tidak mendorong tumbuhnya kelompok
wirausaha, perkembangan kewirausahaan juga akan tersendat-sendat. Apa
gunanya menjadi wirausaha kalau misalnya saja laba yang
diakumulasikan dengan tekun dari tahun ke tahun akhirnya dijarah?
Bukankah semua kerja kerasnya sia-sia belaka, dan pihak-pihak lain
yang menikmati?Wirausaha tidak akan berkembang dengan baik kalau hak
milik pribadi (property right) tidak dijunjung tinggi.
Lingkungan
baru merupakan salah satu kendala. Ada juga kendala yang bersifat
kultural. Dalam kultur-kultur yang otoriter tertutup, klas wirausaha
tidak akan berkembang dengan baik. Kalau pun muncul kelompok-kelompok
wirausaha, kualitas wirausahanya pantas disangsikan. Bukan tidak
mungkin mereka menjadi pengusaha karena kolusi, korupsi dan nepotisme
seperti yang terjadi di negeri kita dalam masa Order Baru. Karena
pada dasarnya mereka bukan pengusaha yang ditempa lapangan, maka
begitu tertimpa krisis, banyak yang amblas, tak tentu rimbanya lagi.
Wirausaha
akan tumbuh kalau lingkungan menghargai orang-orang yang kreatif dan
menyediakan sarana-sarana agar kreativitas itu dapat diwujudkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana-sarana itu misalnya tersedianya
sumberdaya modal untuk usaha, serta sumberdaya-sumberdaya lainnya.
Dalam bahasa ilmu ekonomi seorang wirausaha adalah seorang yang mampu
menggabungkan “faktor-faktor produksi” untuk menghasilkan suatu
produk atau jasa. Faktor-faktor produksi itulah yang harus dalam
suatu lingkungan agar wirausaha bertumbuh dan berkembang.
5.
Organisasi Kewirausahaan
Pada
awal usaha, seorang wirausaha belum mementingkan kesempurnaan
organisasi. Dengan perkataan lain, kerjanya barangkali masih
serabutan sana-sini. Namun demikian dengan semakin berkembangnya
perusahaan, mau tidak mau, suka tidak suka, organisasi harus
diatur.Dalam pengaturan ini yang perlu dijaga adalah jangan sampai
pengorganisasian yang dilakukan justru mematikan jiwa kewirausahaan
si pendiri. Mengembangkan suatu organisasi yang tetap menjujung
tinggi asas kewirausahaan ini bukan perkara gampang. Sesuai sifat dan
sikap seorang wirausaha yang selalu mendambakan hasil yang dirancang,
maka langkah kunci agar organisasi tidak kehilangan semangat
wirausaha adalah dengan menempatkan pencapaian sasaran sebagai tugas
utama.
Banyak
kendala yang harus dipahami dalam mewujudkan pencapaian sasaran. Ini
dapat diatasi kalau semua pihak yang terlibat menyadari bahwa:
-
Hal-hal yang tidak diduga selalu bisa terjadi. Maka organisasi para awak pendukungnya harus selalu fleksibel.
-
Kejayaan suatu produk suatu saat akan berakhir. Maka selalu harus sudah siap dengan tawaran produk atau jasa baru.
-
Pertumbuhan sesaat tidak selalu baik dampaknya bagi perkembangan jangka panjang. Maka harus ada kepemimpinan yang kuat untuk mengarahkan perkembangan usaha.
-
Hasil akan lebih terjamin terwujud kalau usahanya terfokus. Maka fokuskan pada bidang yang memberikan hasil signifikan.
-
Usaha akan dapat begerak lincah kalau bertindak seperti perusahaan kecil. Maka hindarilah pengorganisasian yang terlalu birokratis.
-
Gaya kepemimpinan perlu terus menerus disesuaikan dengan konteksnya: melatih, memotivasi, memfasilitasi, memonitor, memperingatkan, dan sebagainya, kesemuanya disesusaikan dengan kondisi yang dihadapi secara nyata.
Kreativitas
harus tetap dijunjung tinggi kalau kita ingin menumbuhkan kembangkan
kewirausahaan dalam organisasi. Tindakan-tindakan keorganisasian yang
dapat mendorong munculnya kreativitas anatara lain:
-
Menyusun struktur organisasi terbuka, desentralisasi.
-
Menitikberatkan komunikasi efektif di semua level.
-
Menyediakan sumberdaya secukupnya untuk inisiatif-inisiatif baru.
-
Memberikan kebebasan untuk melakukan kesalahan.
-
Memberikan imbalan material maupun inmaterial untuk sukses yang dicapai.
Tanggung
jawab pimpinan dalam organisasi kreatif di atas menjadi sangat vital.
Tanggung jawab mereka meliputi:
-
Menciptakan dan menyebarluaskan visi bisnis.
-
Berkomunikasi dengan jelas dan fleksibel.
-
Memberikan dukungan antar pribadi.
-
Memberikan pujian terhadap sukses yang dicapai.
-
Menerima dengan lapang dada kegagalan yang terjadi
-
Menguasai kiat mengatasi konflik secara kreatif dan positif.
-
Tahu kapan saat mulai, kapan saat berhenti.
-
Menyeimbangkan antara gagasan kreatif dengan keterbatasan sumberdaya yang ada.
-
Melatih dan mendampingi.
6.
Profil Pribadi Wirausaha
Setiap
profesi sedikit banyak akan mempengaruhi profil kepribadian dari
orang yang menggeluti profesi tersebut. Demikian pula halnya dengan
“profesi” wirausaha. J. Timmons dan kawan-kawan pernah melakukan
riset tentang ciri-ciri pribadi wirausaha, dan mendapatkan daftar
berikut ini:
-
Komitmen total, ketetapan hati, dan tekun
-
Dorongan untuk mencapai hasil dan berkembang.
-
Berorientasi kepada peluang dan tujuan.
-
Mengambil inisiatif dan tanggung jawab pribadi.
-
Penyelesaian masalah terus menerus.
-
Realisme dan rasa humor.
-
Mencari dan memakai umpan balik.
-
Pengendalian diri dalam diri sendiri.
-
Mencari dan mengambil resiko yang diperhitungkan.
-
Tidak membutuhkan status dan kekuasaan
-
Pribadi yang utuh dan andal.