Resensi Novel : Pesantren Impian
Judul
: Pesantren Impian.
Penulis
: Asma Nadia.
Penerbit
: Asma Nadia Publishing.
Tebal
: 300 halaman.
Tahun
Terbit : 2014
Pesantren
Impian, novel karangan penulis terkenal Asma Nadia. Novel ini
menceritakan kisah kehidupan remaja, yang memiliki masalah hidup yang
bisa dikatakan berat. Berurusan dengan barang haram korban
pemerkosaan, terlibat pergaulan bebas, dan tindak kekerasan.
Lima
belas remaja putri dan putra dengan masa lallu kelam , menerima
undangan misterius untuk menetanp di pesantren impian. Sebuah
tempat rehabiilitas di pulau yang bahkan tak tercantum di dalam peta.
Sebuah pondok yang kecil dan didirikan oleh Gus Budiman.Pesantren ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan kedua bagi siapa saja orang
yang memiliki masa lalu yang gelap untuk mencapai tujuannya.
Semua
gadis rata rata memiliki masalah tersendiri. Sisy seorang model seksi
datang bersama sahabatnya bernama Inong. Butet memiliki masalah
tentang kasus narkobanya. Sri memiliki masalah dengan skandal
pelacurannya. Sementara Rini yang dari luar terlihat lugu ternyata
dia hamil diluar nikah. Selain mereka masih banyak orang dengan
sederet persoalan yang mereka hadapi. Termasuk Eni, seorang polwan
muda, cantik, cerdas dam masih muda yang sedang meneliti kasus
pembunuhan di Hotel Crystal, dan mendapatkan petunjuk bahwa
tersangkanya berada di pesantren impian tersebut.
Tidak mudah mencairkan suasana yang kaku diantara para santriwati yang tidak pernah saling mengenal. Sebab masa lalu dan berbagai persoalan yang menghampiri mereka sudah berkarat. Namun ada tiga orang yang selalu menyemangati para santriwati yaitu Ustadz Agam dan Ustadzah Hanum, serta Umar sosok laki laki tampan yang misterius dan juga denkat dengan Gus Budiman. Secara perlahan pintu hati mereka terbuka, mereka perlahan mengenal Islam menjadi dalam. Bak pesantren itu adalah rumah kedua bagi mereka yang menawarkan oase sejuk yang tak pernah mereka dapatkan.
Tidak mudah mencairkan suasana yang kaku diantara para santriwati yang tidak pernah saling mengenal. Sebab masa lalu dan berbagai persoalan yang menghampiri mereka sudah berkarat. Namun ada tiga orang yang selalu menyemangati para santriwati yaitu Ustadz Agam dan Ustadzah Hanum, serta Umar sosok laki laki tampan yang misterius dan juga denkat dengan Gus Budiman. Secara perlahan pintu hati mereka terbuka, mereka perlahan mengenal Islam menjadi dalam. Bak pesantren itu adalah rumah kedua bagi mereka yang menawarkan oase sejuk yang tak pernah mereka dapatkan.
Si
gadis pembunuh yang selam ini diburu oleh si polisi juga berada dalam
rombongan ini terus menghantui mereka beberapa waktu terakhir
menjelang selesainya masa pendidikan. Teungku Budiman sang pemilik
pesantren yang sangat cemas dengan keadaan pesantren karena mulai
diganggu oleh orang-orang luar yang meneror para siswi pesantren.
Kelebihan
novel :
1. Ditulis dengan bahasa sederhana dan tidak njlimet sehingga mudah dipahami.
2. Sangat mengasyikkan, saat membuka lembar demi lembar halaman dengan penuh rasa penasaran, karena sang penulis sangat rapi menyimpan identitas tokohnya hingga di lembar terakhir.
Kekurangannya :
Adegan kekerasannya kurang seru sebagai novel misteri bergenre detektif.
Kesimpulan :
Penulis meracik sebuah cerita dengan sangat seru! Begitu jeli menyembunyikan si gadis pembunuh itu sebagai tokoh utama dalam novel ini. Jadi, pembaca diajak untuk menemukan sendiri siapa nama asli dari pembunuh itu. Letupan-letupan klimaks yang tak terduga, serta misteri-misteri kejadian yang menimpa para santriwati, membuat novel ini begitu hidup. Selain itu bahasa yang digunakan pun enak, dan tidak terjamah pada hal-hal yang vulgar. Novel ini mengajarkan bahwa sebaik-baiknya seorang manusia di depan mata kita, dia pasti punya aib dan kekurangan diri, besar atau kecil. Namun Allah yang Maha Menjaga Rahasia begitu sempurna menyembunyikan aib itu di mata manusia lain. Jadi, jangan heran ketika seorang yang anda kenal baik, dikemudian hari menjadi sosok yang berdosa. Semoga kita menjadi lebih baik.
Pesan moralnya :
Harta bukanlah sumber kebahagiaan, terlebih bila itu diperoleh dengan cara yang salah, bahkan justru akan mencelakakan diri dan keluarga.Sekelam dan sehitam apapun masa lalu kita, Tuhan akan selalu membuka pintu taubat. Dan hidayah itu harus dijemput.
1. Ditulis dengan bahasa sederhana dan tidak njlimet sehingga mudah dipahami.
2. Sangat mengasyikkan, saat membuka lembar demi lembar halaman dengan penuh rasa penasaran, karena sang penulis sangat rapi menyimpan identitas tokohnya hingga di lembar terakhir.
Kekurangannya :
Adegan kekerasannya kurang seru sebagai novel misteri bergenre detektif.
Kesimpulan :
Penulis meracik sebuah cerita dengan sangat seru! Begitu jeli menyembunyikan si gadis pembunuh itu sebagai tokoh utama dalam novel ini. Jadi, pembaca diajak untuk menemukan sendiri siapa nama asli dari pembunuh itu. Letupan-letupan klimaks yang tak terduga, serta misteri-misteri kejadian yang menimpa para santriwati, membuat novel ini begitu hidup. Selain itu bahasa yang digunakan pun enak, dan tidak terjamah pada hal-hal yang vulgar. Novel ini mengajarkan bahwa sebaik-baiknya seorang manusia di depan mata kita, dia pasti punya aib dan kekurangan diri, besar atau kecil. Namun Allah yang Maha Menjaga Rahasia begitu sempurna menyembunyikan aib itu di mata manusia lain. Jadi, jangan heran ketika seorang yang anda kenal baik, dikemudian hari menjadi sosok yang berdosa. Semoga kita menjadi lebih baik.
Pesan moralnya :
Harta bukanlah sumber kebahagiaan, terlebih bila itu diperoleh dengan cara yang salah, bahkan justru akan mencelakakan diri dan keluarga.Sekelam dan sehitam apapun masa lalu kita, Tuhan akan selalu membuka pintu taubat. Dan hidayah itu harus dijemput.
By:
Muhammad Rayhan Murtadha