DAFTAR PUSTAKA
BAB I :
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai seorang
muslim, tentu kita tahu tentang seberapa pentingnya untuk menjalani
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah menurunkan
ketentuan-Nya semata-mata agar kita seorang muslimin dapat hidup dengan
teratur.
Pada materi kali
ini, kami mengaitkan berkompetisi dalam kebaikan dengan taat pada perintah
Allah. Berkompetisi dalam kebaikan itu sendiri berarti apabila orang berbuat
baik kepada siapapun, maka kita harus berbuat lebih baik lagi darinya. Pada
dasarnya, berlomba dalam kebaikan berarti kita memperbanyak kebaikan kita dari
orang lain. Tetapi hal yang kita lakukan tidak boleh merugikan orang lain,
terlebih lagi jika kita menghalalkan segala cara agar dipandang oleh orang
lain.
Berkompetisi dalam
kebaikan termasuk dalam ibadah apabila niat kita positif. Yang nantinya akan
berdampak baik juga terhadap kita. Oleh karena itu, berkompetisi dalam kebaikan
sama saja seperti kita menimba pahala. Terlebih lagi jika kita melakukannya
sesuai dengan perintah Allah. Contoh yang dapat kita ambil adalah berbuat baik
terhadap sesama umat, mencintai anak yatim, maupu menjalankan ibadah wajib dan
sunnah-Nya. Pada masa ini,
sudah mulai jarang orang yang berlomba dalam kebaikan. Biasanya saat mereka
berkompetisi, mereka menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawannya. Maka
dari itu, materi ini sangatlah penting utuk kita bahas, agar ke depannya
orang-orang dapat sadar bahwa berkompetisi juga harus mengikuti aturan Allah,
agar bermanfaat bagi pelakunya.
1.2
Rumusan Masalah
Sebenarnya apa
yang harus kita ketahui mengenai berlomba dalam kebaikan ? Seperti yang sudah
kami jelaskan sebelumnya, berlomba dalam kebaikan artinya kita melakukan lebih
dari apa yang orang lain lakukan. Artinya jika orang melakukan 1 kebaikan, maka
kita melakukan 2 kebaikan. Dan begitu seterusnya. Hanya saja dalam
pelaksanaannya kita tidak boleh ada rasa ingin riya atau dipuji oleh orang
lain. Lalu, apa kaitannya dengan taat terhadap perintah Allah
Allah telah
menjelaskan dengan menurunkan Q.S Al-Baqarah : 148.
“Wa
likulli wijhatin huwa muwaliihaa fastabiqul khoirooti ainamaa takuunuu ya
ti bikumul laahu jamii’an innallaha
‘aala kulli syai’in khodir.”
Artinya :
“Dan bagi tiap –
tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepada-Nya. Maka berlomba –
lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”
Bagaimana jika kita berlomba
dalam kebaikan tetapi ada rasa ingin dipuji ?
Atau pamrih ?
Sebagaimana yang
telah Allah ajarkan kepada umatnya, kita tidak boleh melakukan suatu hal karena
ingin dipuji. Karena nantinya, hal yang kita lakukan tidak akan bermanfaat bagi
kita. Dengan kata lain, jika kita pamrih dalam melakukan suatu hal, kita sama
saja melanggar ketentuan Allah.
Dan apa manfaatnya jika kita berlomba
dalam kebaikan ?
Tentu saja
manfaatnya kita dapat mendekatkan diri kepada Allah. Kita juga memperbanyak
pahala. Kita juga semakin sadar akan pentingnya berbuat baik. Tanpa sadar, kita
juga menjalankan perintah Allah, sebagaimana yang dicantumkan dalam Q.S An-Nisa
ayat 59 dan At-Taubah ayat 105.
·
Q.S. An - Nisa : 59
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
·
Q.S. At – Taubah : 105
“Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.
1.3
TUJUAN
Untuk
menyadarkan muslimin, bahwa kompetisi harus dilakukan sesuai dengan perintah
Allah, yaitu dengan baik, agar hasilnya baik juga kepada kita. Juga jangan
sampai membahayakan orang lain, dan menghalalkan segala cara.
1.4
MANFAAT
-
Berkesempatan
untuk menjadi sorang hamba yang dimuliakan ALLAH.swt.
-
Berpeluang
menjadi seorang hamba yang terbaik seperti yang diungkapkan ALLAH.swt.
-
Berpeluang
untuk menjadi seorang hamba yang bermanfaat.
-
Berpeluang
untuk menjadi orang yang paling dicintai ALLAH.swt.
BAB
II :
PEMBAHASAN
Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan
objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against
(melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa
disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas
mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau
kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur
reward dalam suatu situasi.
Pengertian Kebaikan
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan,
yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik
dan benar, jikalau tingkah laku tersebut menuju
kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai,
apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit. Manusia
menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh.
Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalam pelaksanaanya yang
pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir. Manusia harus
mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya
Dalam Q.S
Al-Baqarah : 148 yang berbunyi:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ
مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.
Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Isi
Kandungan:
Masing-masing umat memiliki kiblat sendiri dalam
ibadahnya. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi tujuan utama adalah menta'ati
perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menjauhi larangan-Nya serta
mendekatkan diri kepada-Nya, inilah tanda kebahagiaan. Perintah berlomba-lomba
dalam kebaikan lebih dalam daripada sebatas perintah mengerjakan kebaikan.
Dalam perintah ini mengandung perintah mengerjakannya, melakukannya sebaik
mungkin dan bersegera kepadanya. Barangsiapa yang bersegera kepada kebaikan
ketika di dunia, maka dia adalah orang yang lebih dulu ke surganya. Oleh karena
itu, mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah orang yang paling tinggi
derajatnya. Dan kata "kebaikan" di sini mencakup semua amalan fardhu
maupun sunat, baik berupa shalat, puasa, zakat, hajji, Umrah, jihad, manfa'at
bagi orang lain maupun sebatas untuk diri sendiri.
Karena pendorong yang paling kuat agar seseorang dapat menuju
kepada kebaikan dan bersemangat kepadanya adalah pahala yang dijanjikan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala, maka Dia berfirman seperti yang disebutkan di atas;
yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengumpulkan kita semuanya di mana saja
kita berada dengan kekuasaan-Nya, dan Dia akan memberikan balasan kepada setiap
orang yang beramal, jika amalnya buruk, maka Dia akan membalas sesuai amal yang
dikerjakannya dan jika baik, maka Dia akan membalas dengan berlipat ganda dan
memberikan balasan yang terbaik (surga). Ayat yang mulia ini juga mengandung
perintah untuk segera melaksanakan kewajiban seperti shalat di awal waktu,
segera membayar hutang puasa dan segera berhajji serta anjuran untuk
melaksanakan amalan-amalan sunat
Dalam Q.S. Fathir:32 yang berbunyi:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Artinya:
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka
ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
Isi
Kandungan
Berdasarkan surat
dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat kedudukan
manusia :
1.
Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan
menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah
SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
2.
Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
3.
Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif
dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan
senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat.
Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu
dalam kehidupan sehari hari.
Allah swt
mewariskan kitab kepada hamba hambanya yang terpilih untuk diamalkan dan
dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut. Dalam
kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan
mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab
Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik
karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya
tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut
sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri.
Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah
sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang
lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang taat namun dilain
waktu manusia itu melanggar.
Kitab Allah (
Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia
maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal
tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan
apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban
untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan
maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid Sabiq dalam
kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1.
Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat
hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan
godaan syaitan.
2.
Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat
salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila
terperosok kedalam kemungkaran.
3.
Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena
memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan
kebaikan kebaikan dan beramal shalih.
Dari dua ayat tersebut dan
kandungan isinya, didapatkan kita harus berusaha untuk
menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk berbuat kebaikan dan Senang berbuat baik terhadap
diri sendiri dan orang lain serta alam sekitarnya sebagai bukti dari keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Sebagai hamba Allah kita harus memiliki
sikap tersebut karena dapat membawa kita ke surga. Saling berkompetisi tidaklah
selalu di kaitkan dengan hal negatif karena selama hal yang dilakukan itu baik
dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang khusyu, teguh dan pantang menyerah.
Namun kadang yang kita waspadai adalah sikap riya yang terkadang menghantui.
Oleh karena itu sudah seharusnya di dahulukan dengan ikhtiar dan keadaan mawas
diri. Pada dasarnya itu juga sifat tamak manusia yang berawal dari nafsu. Untuk
mencapainya kita mulai dari kehidupan sehari-hari seperti:
·
Belomba-lomba menjadi yang terbaik dalam menolong
sesama dan tanpa pamrih.
·
Saling membantu sesama di saat senang maupun susah.
·
Menahan amarah dan menekankan pelampiasan pada
kebaikan seperti membantu teman, menolong sesama dan lainnya.
·
Sebagai
seorang muslim kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, contohnya,
adalah menggunakan waktu luang untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt.
·
Bertaubat apabila melakukan suatu kejahatan, dan
berusaha untuk tidak mengulanginya lagi
BAB 3 :
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita sebagai
manusia sudah seharusnya berlomba dalam kebaikan dimanapun berada karena
pahalnya amat besar. Hal itu bisa dimulai dari kehidupan sehari-hari. Perbuatan
baik di lakukan dengan tulus dan menjauhi perasaan riya.
Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus,
jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang
ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana keadaannya
terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta
tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.
B.
SARAN
Berbuat baiklah
dimanapun berada dan jauhilah riya agar tidak sia-sia amalan nanti.
Brlomba-lomba dalam kebaikan selagi nafas dan nyawa masih melekat dalam ruh.
Agar kita bisa menjadi hambanya yang ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA