Makalah berkompetisi dalam kebaikan terkait kepatuhan kepada Allah SWT

KETERKAITAN PERINTAH BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN DENGAN KEPATUHAN TERHADAP PERINTAH ALLAH.SWT


       DISUSUN OLEH :


    KELOMPOK 4
       XI-MIPA 3
SMAN 7 DEPOK 2017



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah.SWT. berkat rahmat dan karunianya yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Keterkaitan Antara Perintah Untuk Berkompetisi Dalam Kebaikan Dengan Kepatuhan Terhadap Perintah Allah.SWT.”.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat mempermudah pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari  bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa yang kami gunakan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat menginspirasi pembaca untuk menjalankan perintah Allah di kehidupan sehari -hari.     




Depok, 13 Agustus 2017

Penyusun     


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                                     
DAFTAR ISI                                                                                                          
BAB 1 PENDAHULUAN                                                                                                    
  1.  LATAR BELAKANG                                                                                            
  2. RUMUSAN MASALAH                                                                                         
  3. TUJUAN                                                                                                                   
  4. MANFAAT                                                                                                                

BAB 2 PEMBAHASAN                                                                                                       
  • STANDAR KOMPETENSI :
  1. Memahami ayat – ayat Al-Qur’an tentang berkompetisi dalam kebaikan.
  • KOMPETENSI DASAR :
  1. Menjelaskan arti Q.S. Al – Baqarah :148 dan Q.S. Fathir:32.
  2. Menampilkan dan mencerminkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan.

BAB 3 PENUTUP                                                                                                         
  1.  KESIMPULAN                                                                                                          
  2. SARAN                                                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                





BAB I :
PENDAHULUAN       
1.1   Latar Belakang
Sebagai seorang muslim, tentu kita tahu tentang seberapa pentingnya untuk menjalani perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah menurunkan ketentuan-Nya semata-mata agar kita seorang muslimin dapat hidup dengan teratur.
Pada materi kali ini, kami mengaitkan berkompetisi dalam kebaikan dengan taat pada perintah Allah. Berkompetisi dalam kebaikan itu sendiri berarti apabila orang berbuat baik kepada siapapun, maka kita harus berbuat lebih baik lagi darinya. Pada dasarnya, berlomba dalam kebaikan berarti kita memperbanyak kebaikan kita dari orang lain. Tetapi hal yang kita lakukan tidak boleh merugikan orang lain, terlebih lagi jika kita menghalalkan segala cara agar dipandang oleh orang lain.
Berkompetisi dalam kebaikan termasuk dalam ibadah apabila niat kita positif. Yang nantinya akan berdampak baik juga terhadap kita. Oleh karena itu, berkompetisi dalam kebaikan sama saja seperti kita menimba pahala. Terlebih lagi jika kita melakukannya sesuai dengan perintah Allah. Contoh yang dapat kita ambil adalah berbuat baik terhadap sesama umat, mencintai anak yatim, maupu menjalankan ibadah wajib dan sunnah-Nya.              Pada masa ini, sudah mulai jarang orang yang berlomba dalam kebaikan. Biasanya saat mereka berkompetisi, mereka menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawannya. Maka dari itu, materi ini sangatlah penting utuk kita bahas, agar ke depannya orang-orang dapat sadar bahwa berkompetisi juga harus mengikuti aturan Allah, agar bermanfaat bagi pelakunya.

  

1.2   Rumusan Masalah
Sebenarnya apa yang harus kita ketahui mengenai berlomba dalam kebaikan ? Seperti yang sudah kami jelaskan sebelumnya, berlomba dalam kebaikan artinya kita melakukan lebih dari apa yang orang lain lakukan. Artinya jika orang melakukan 1 kebaikan, maka kita melakukan 2 kebaikan. Dan begitu seterusnya. Hanya saja dalam pelaksanaannya kita tidak boleh ada rasa ingin riya atau dipuji oleh orang lain. Lalu, apa kaitannya dengan taat terhadap perintah Allah

Allah telah menjelaskan dengan menurunkan Q.S Al-Baqarah : 148.
 “Wa likulli wijhatin huwa muwaliihaa fastabiqul khoirooti ainamaa takuunuu ya ti     bikumul laahu jamii’an innallaha ‘aala kulli syai’in khodir.”
Artinya :
“Dan bagi tiap – tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepada-Nya. Maka berlomba – lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”                                                                                  
               Bagaimana jika kita berlomba dalam kebaikan tetapi ada rasa ingin dipuji ?
Atau pamrih ?
Sebagaimana yang telah Allah ajarkan kepada umatnya, kita tidak boleh melakukan suatu hal karena ingin dipuji. Karena nantinya, hal yang kita lakukan tidak akan bermanfaat bagi kita. Dengan kata lain, jika kita pamrih dalam melakukan suatu hal, kita sama saja melanggar ketentuan Allah.
               Dan apa manfaatnya jika kita berlomba dalam kebaikan ?
Tentu saja manfaatnya kita dapat mendekatkan diri kepada Allah. Kita juga memperbanyak pahala. Kita juga semakin sadar akan pentingnya berbuat baik. Tanpa sadar, kita juga menjalankan perintah Allah, sebagaimana yang dicantumkan dalam Q.S An-Nisa ayat 59 dan At-Taubah ayat 105.
·         Q.S. An - Nisa : 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
·         Q.S. At – Taubah : 105
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

1.3   TUJUAN
Untuk menyadarkan muslimin, bahwa kompetisi harus dilakukan sesuai dengan perintah Allah, yaitu dengan baik, agar hasilnya baik juga kepada kita. Juga jangan sampai membahayakan orang lain, dan menghalalkan segala cara.

1.4   MANFAAT
-          Berkesempatan untuk menjadi sorang hamba yang dimuliakan ALLAH.swt.
-          Berpeluang menjadi seorang hamba yang terbaik seperti yang diungkapkan ALLAH.swt.
-          Berpeluang untuk menjadi seorang hamba yang bermanfaat.
-          Berpeluang untuk menjadi orang yang paling dicintai ALLAH.swt.


  
BAB II :
PEMBAHASAN
Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.

Pengertian Kebaikan
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jikalau tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai, apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalam pelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir. Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya

Dalam Q.S Al-Baqarah : 148 yang berbunyi:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Isi Kandungan:
Masing-masing umat memiliki kiblat sendiri dalam ibadahnya. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi tujuan utama adalah menta'ati perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menjauhi larangan-Nya serta mendekatkan diri kepada-Nya, inilah tanda kebahagiaan. Perintah berlomba-lomba dalam kebaikan lebih dalam daripada sebatas perintah mengerjakan kebaikan. Dalam perintah ini mengandung perintah mengerjakannya, melakukannya sebaik mungkin dan bersegera kepadanya. Barangsiapa yang bersegera kepada kebaikan ketika di dunia, maka dia adalah orang yang lebih dulu ke surganya. Oleh karena itu, mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah orang yang paling tinggi derajatnya. Dan kata "kebaikan" di sini mencakup semua amalan fardhu maupun sunat, baik berupa shalat, puasa, zakat, hajji, Umrah, jihad, manfa'at bagi orang lain maupun sebatas untuk diri sendiri.
Karena pendorong yang paling kuat agar seseorang dapat menuju kepada kebaikan dan bersemangat kepadanya adalah pahala yang dijanjikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maka Dia berfirman seperti yang disebutkan di atas; yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengumpulkan kita semuanya di mana saja kita berada dengan kekuasaan-Nya, dan Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang yang beramal, jika amalnya buruk, maka Dia akan membalas sesuai amal yang dikerjakannya dan jika baik, maka Dia akan membalas dengan berlipat ganda dan memberikan balasan yang terbaik (surga). Ayat yang mulia ini juga mengandung perintah untuk segera melaksanakan kewajiban seperti shalat di awal waktu, segera membayar hutang puasa dan segera berhajji serta anjuran untuk melaksanakan amalan-amalan sunat

Dalam Q.S. Fathir:32 yang berbunyi:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Artinya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Isi Kandungan
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :
1. Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
2. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
3. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari.

Allah swt mewariskan kitab kepada hamba hambanya yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1. Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan godaan syaitan.
2. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok kedalam kemungkaran.
3. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan kebaikan kebaikan dan beramal shalih.


Dari dua ayat tersebut dan kandungan isinya, didapatkan  kita harus berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk berbuat kebaikan dan Senang berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta alam sekitarnya sebagai bukti dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Sebagai hamba Allah kita harus memiliki sikap tersebut karena dapat membawa kita ke surga. Saling berkompetisi tidaklah selalu di kaitkan dengan hal negatif karena selama hal yang dilakukan itu baik dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang khusyu, teguh dan pantang menyerah. Namun kadang yang kita waspadai adalah sikap riya yang terkadang menghantui. Oleh karena itu sudah seharusnya di dahulukan dengan ikhtiar dan keadaan mawas diri. Pada dasarnya itu juga sifat tamak manusia yang berawal dari nafsu. Untuk mencapainya kita mulai dari kehidupan sehari-hari seperti:

·         Belomba-lomba menjadi yang terbaik dalam menolong sesama dan tanpa pamrih.
·         Saling membantu sesama di saat senang maupun susah.
·         Menahan amarah dan menekankan pelampiasan pada kebaikan seperti membantu teman, menolong sesama dan lainnya.
·         Sebagai seorang muslim kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, contohnya, adalah menggunakan waktu luang untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt.
·        Bertaubat apabila melakukan suatu kejahatan, dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi



BAB 3 :
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita sebagai manusia sudah seharusnya berlomba dalam kebaikan dimanapun berada karena pahalnya amat besar. Hal itu bisa dimulai dari kehidupan sehari-hari. Perbuatan baik di lakukan dengan tulus dan menjauhi perasaan riya.

Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.

B.   SARAN
Berbuat baiklah dimanapun berada dan jauhilah riya agar tidak sia-sia amalan nanti. Brlomba-lomba dalam kebaikan selagi nafas dan nyawa masih melekat dalam ruh. Agar kita bisa menjadi hambanya yang ikhlas.



DAFTAR PUSTAKA


Posted by Fadlan Mumtaz
Fadlan Mumtaz Updated at: Monday, September 11, 2017

Anatomi, Mekanisme dan Akomodasi Retina dan lensa mata

RETINA MATA






Retina adalah selapis tipis sel yang terletak pada bagian belakang bola mata vertebrata dan cephalopoda. Retina merupakan bagian mata yang mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf.
Retina memiliki sel fotoreseptor ("rods" dan "cones") yang menerima cahaya. Sinyal yang dihasilkan kemudian mengalami proses rumit yang dilakukan oleh neuron retina yang lain, dan diubah menjadi potensial aksi pada sel ganglion retina. Retina tidak hanya mendeteksi cahaya, melainkan juga memainkan peran penting dalam persepsi visual. Pada tahap embrio, retina dan syaraf optik berkembang sebagai bagian dari perkembangan luar otak.
Struktur unik pembuluh darah pada retina telah digunakan sebagai identifikasi biometrik.
Anatomi retina
Retina manusia terdiri atas sepuluh lapis. Urutan lapisan-lapisan tersebut (ke arah kornea) adalah:
  1. Retinal pigment epithelium (RPE)
  2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar.(Rods/Cones)
  3. Membran limitans eksterna - Lapisan yang membatasi bagian dalam fotoreseptor dari inti selnya
  4. Lapisan luar inti sel fotoreseptor
  5. Lapisan luar plexiformis - Pada bagian makular, ini dikenal sebagi "Lapisan serat Henle" (Fiber layer of Henle).
  6. Lapisan dalam badan inti
  7. Lapisan dalam plexiformis
  8. Lapisan sel ganglion - Lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan merupakan asal dari serat syaraf optik.
  9. Lapisan serat syaraf - Yang mengandung akson - okson sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus opticus.
  10. Membran limitans interna - Tempat sel-sel Műller berpijak.
  11. Jika seorang yang menderita minus/plus, bayangan itu <bayangan yang ditangkap oleh Kornea Mata> tidak akan jatuh tepat pada retina. Sehingga bayangan yang difokuskan mata terlihat samar-samar/tidak jelas.


Struktur fisik retina manusia
Struktur retina manusia adalah 72% seperti bola dengan diameter sekitar 22 mm. Pada bagian tengah retina terdapat cakram optik, yang dikenal sebagai "titik buta" (blind spot) karena tidak adanya fotoreseptor di daerah itu. Cakram optik terlihat sebagai area oval berwarna putih berukuran 3 mm².
Lepas dan Robeknya Retina[sunting | sunting sumber]
Lepasnya Retina (Ablasio) biasanya mudah diketahui, karena terjadi penurunan tajam penglihatan yang drastis atau bahkan mata yang retinanya lepas samasekali menjadi tidak dapat melihat, walaupun demikian Lepasnya Retina dapat pula terjadi berangsur-angsur yang menyebabkan tajam penglihatan berkurang berangsur-angsur. Karena hal ini terjadi pada satu mata biasakanlah untuk mengetes penglihatan dengan menutup satu mata secara bergantian, tajam penglihatan kedua belah mata harus sama/seimbang.

Lensa mata




Di bagian belakang pupil terdapat bagian yang cembung, yaitu lensa. Lensa didukung oleh otot disebut muskulus siliaris (otot daging melingkar). Apabila otot ini mengalami kontraksi akan terjadi perubahan ukuran lensa. Hal itu terjadi apabila kamu melakukan pengamatan cermat yang tertuju pada suatu objek tertentu baik pada jarak yang dekat maupun jauh. Perhatikan Gambar 1.2. Kemampuan lensa mata tersebut dinamakan daya akomodasi mata.
Ruangan di antara lensa dan kornea berisi cairan encer yang disebut aqueous humor. Di bagian dalam bola mata berisi cairan kental dan transparan. Substansi (bahan) inilah yang menyebabkan bola mata menjadi kukuh. Cairan ini disebut vitreous humor. Cairan yang terdapat di antara kornea dan lensa biasanya lebih encer, sedangkan di antara lensa dan retina menyerupai agar-agar. Jika terlalu banyak cairan di dalam mata akan terjadi gangguan yang disebut glaukoma. Penyakit ini dapat menimbulkan kebutaan apabila tidak diobati.


Akomodasi Otot Mata




Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akomodasi bermakna usaha penyesuaian mata untuk menerima bayangan yang jelas dari objek yang berbeda.
Mata merupakan indra utama. Mata merupakan salah satu alat indra tubuh yang sangat penting, bisa dikatakan sangat penting sekali. Dengan mata kita bisa melihat semua yang ada di dunia nyata ini. Mata sangat membantu sekali untuk mendukung aktifitas kehidupan kita. bisa dibayangkan kita kita hidup tanpa mata. maka bersyukurlah bagi kita yang telah diberi anugrah mata normal oleh Alloh Yang Maha Esa.
Dua pertiga dari perhatian otak diambil oleh apa yang dilihat oleh mata dan dua pertiga dari informasi-informasi yang disimpan di otak berasal dari penglihatan seperti gambar, kata- kata, dan lain-lain bentuk penglihatan.


Mekanisme Akomodasi Mata
  1. Pembentukan bayangan


Proses melihat sesungguhnya terletak pada bagaimana bayangan obyek terbentuk. Perhatikan peristiwa pembentukan bayangan berikut:
Sinar-sinar cahaya dari objek bersinar melalui konjungtiva dan difokuskan sebagian oleh kornea. Cahaya-cahaya ini melewati pupil dan difokuskan lebih lanjut oleh lensa, yang elastis merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan. Cahaya ditreuskan melewati cairan vitreus dan membentuk suatu bayangan pada retina. Karena kerja lensa, gambaran yang terbentuk menjadi terbalik, dan otak "memutarnya" kembali. Otot-otot siliaris mengatur bentuk lensa, membuatnya lebih cembung untuk menfokus objek-objek yang dekat pada retina.


2. Daya Akomodasi Mata


Daya Akomodasi mata atau daya suai mata adalah kemampuan otot siliar untuk menebalkan atau memipihkan kecembungan lensa mata yang disesuaikan dengan dekat atau jauhnya jarak benda yang dilihat mata. Sehingga dalam melihat benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah kelengkungan lensa mata.
Untuk mengubah kelengkungan lensa mata, yang berarti mengubah jarak titik fokus lensa merupakan tugas otot siliar.
Hal ini dimaksudkan agar bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina. Pada saat mata melihat dekat lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan pada saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-otot siliar mengendor).
Kemampuan manusia untuk melakukan akomodasi matanya terbatas sehingga memerlukan bantuan lensa untuk memperjelas pandangannya pada objek yang dilihat.


3. Batas Daya Akomodasi


Manusia memiliki dua batas daya akomodasi (jangkauan penglihatan) yaitu dekat dan jauh :


Titik dekat mata (punctum proximum) adalah jarak benda terdekat di depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal (emetropi) titik dekatnya berjarak 10cm s/d 20cm (untuk anak-anak) dan berjarak 20cm s/d 30cm (untuk dewasa). Titik dekat disebut juga jarak baca normal.
Titik jauh mata (punctum remotum) adalah jarak benda terjauh di depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal titik jauhnya adalah "tak terhingga"
Titik Dekat atau Jarak Terkecil pandangan Berbeda
Titik Dekat atau jarak terkecil minimal pandangan adalah titik terdekat dengan mata di mana benda masih terlihat jelas.


Untuk mata normal jarak pandangan setidaknya sekitar 25 sentimeter. Namun, itu bervariasi seiring dengan bertambahnya usia orang tersebut. Misalnya, untuk bayi hanya 5 sampai 8 cm.


Titik jauh mata adalah jarak maksimum sampai dimana mata normal bisa melihat sesuatu dengan jelas. Titik jauh mata tak terhingga untuk mata normal.



Posted by Fadlan Mumtaz
Fadlan Mumtaz Updated at: Saturday, September 09, 2017

Contoh Profil tentang kewirausahaan (PKWU)









TUGAS IPS


PROFIL TENTANG KEWIRAUSAHAAN




KELOMPOK 3:

1.M

2.H

3.I

4.T

5.A







Pengertian dan Profil Kewirausahaan

1. Definisi
Kewirausahaan itu bakat dari lahir, tidak dapat diajarkan. Suku Jawa tidak akan dapat menjadi pengusaha karena mentalitas priyayinya. Etnis Tionghoa pasti berbakat tata niaga. Kalau bukan keturunan kasir, tidak akan mampu untuk menjadi kasir. Akibatnya konon sampai dengan tahun 1960-an, yang jadi kasir di Bank Indonsia harus keturunan Tionghoa karena jabatan kasir itu merupakan keturunan. Wirausaha suku Minang tidak akan pernah bisa menjadi pengusaha besar.
Pernyataan-pernyataan di atas tadi merupakan sebagian dari mitos-mitos ten tang kewirausahaan. Banyak teori kewirausahaan yang menyatakan bahwa hal itu melekat pada kelompok etnik tertentu, pada suku tertentu, dan sebagainya. Mitos-mitos tentang kewirausaan tadi banyak sekali. Sama seperti halnya beberapa orang buta memberikan definisi tentang gajah akan mempunyai definisi yang berbeda satu sama lain,demikian pula halnya tentang kewirausahaan. Setiap wirausaha berdasarkan pengalamannya akan mempunyai definisinya sendiri-sendiri.
Definisi-definisi ini bukannya salah. Dalam prespektif masing-masing, pengertian itu mengandung kebenaran. Misalnya saja ada yang mendefrinisikan wirausaha sebagai semacam avonturisme. Ini benar dalam arti seorang wirausaha selalu terdorong untuk merambah bidang-bidang usaha baru. Wirausaha juga dikatakan sebagai “kecanduan adrenalin”. Ini benar dalam arti seorang wirausaha seperti orang yang sepertinya tidak mempunyai rasa capai dalam bekerja keras mengejar cita-citanya. Wirausaha juga didefinisikan sebagai seorang yang selalu mencari sesuatu yang mendebarkan (thrill seeking). Ini benar dalam arti bahwa setiap usaha baru tidak pernah membuat orang biasa meraasa nyaman dan mapan. Ia belum tahu akan bagaimana hasilnya sehingga usaha tersebut akan mendebar-debarkan hatinya. Inilah justru kenikmatan yang dicari
Kendati pelbagai mitos dan definisi diatas tidak salah, namun mengadung bias-bias subjekti. Bahkan terkadang kontradiktif antara satu sama lain. Misalnya, seorang wirausaha mengutarakan “pokoknya jalani saja” berkontradiksi dengan wirausaha lain yang berpendapat “hitung dulu pendapatan sesal kemudian tak berguna .” Tentu masing-masing pandangan ini dilatarbelakangi oleh pengalaman hidup masing-masing wirausaha yang berbeda satu sama lain.










2. Menuju Definisi Objektif
Bagaimana kita dapat mendefinisikan pengertian kewirausahaan dengan cara yang lebih memuaskan. Yang jelas mitos-mitos bahwa seorang wirausaha itu terkait bahwa etnis atau golongan tertentu, sudah ditinggalkan orang. Seseorang dapat menjadi seorang wirausaha bukan karena ia termasuk suatu kelompok atau etnis tertentu, melainkan berkat apa-apa yang menentukan apakah seseorang akan menjadi seorang wirausaha atau tidak.
Ciri sebagai manusia yang bertindak inilah yang menonjolkan pada setiap wirausaha. Wirausaha adalah seorang katalisator. Merekalah orang-orang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa terwujud menjadi suatu kenyataan. Mereka menggunakan kretivitasnya untuk memikirkan kemungkinan produk atau jasa baru dan menggebu-ngebu untuk mengimplemaentasikannya. Mereka pencipta dan inovator.
Seorang pakar kewirausahaan bernama John Kao pernah merumuskan definisi wirausaha sebagi berikut :
Kewirausahaan adalah suatu upaya menciptakan nilai melalui pengenalan pasar, peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko yang sesuai dengan peluang, dan komunikasi yang terampil serta memanajemeni untuk memobilisasi sumberdaya manusia, keuangan dan material yang diperlukan agar suatu proyek sukses.”
Defini di atas berujung pada penciptaan nilai. Hal ini tidak dilakukan dalam suatu vakum melainkan dalam suatu konteks pasar. Dengan mengenal pasar secara dekat, seorang wirausaha melihat suatu peluang bisnis, yaitu sesuatu yang kalau terwujud akan memberikan keuntungan bagi wirausaha. Karena itu, ia menghitung-hitung perbandingan antara resiko yang ditanggung dengan keuntungan yang mungkin diperoleh.
Ada perbedaan besar antara seorang penjudi dengan seorang wirausaha. Seorang penjudi meskipun memakai perhitungan cenderung bersikap spekulatif. Sedang seorang wirausaha dalam menghadapi resiko, ia berhitung secara cermat. Ini tidak berarti njilimet dan lama. Proses perhitungan resiko ini terkadang bahkan dapat dilakukan dalam waktu sangat pendek, dengan mempergunakan kepekaan bisnis yang terus menerus diasahnya dalam kancah bisnis sehari-hari. Dengan resiko yang sudah diperhitungkan ini, seorang wirausaha memulai suatu usaha. Di sini ia mengintroversikan pikiran-pikiran kretif agar gagasannya mengkristal.
Setelah itu ia lalu berkomunikasi dengan semua pihak yang diperlukan untuk mewujudkan gagasannya. Di situ ia meyakinkan, memotivasi, dan mendorong semua sumberdaya yang ada untuk mewujudkan peluang bisnis tadi menjadi suatu kenyataan usaha yang menguntungkan. Di sini ia mengekstroversikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan melalui sumberdaya manusia, keuangan, material, dan sebagainya.


3. Teori aksi
Yang menentukan apakah seseorang akan menjadi seorang wirausaha atau bukan adalah perbuatan dan tindakannya. Bukan bawaan, bukan karena bakat, bukan karena sifat-sifatnya, melainkan karena tindakannya. Tanpa tindakan, suatu peluang bisnis akan tetap menjadi peluang kosong yang tidak pernah menjadi kenyataan. Dilihat dari segi aksi ini, tindakan-tindakan apakah yang dilakukan oleh seorang wirausaha?
Seorang wirausaha adalah seorang pemimpin yang bertindak. Tanpa tindakan, mimpi akan tetap tinggal mimpi. Maka ia seorang yang mempunyai intuisi yang tajam terhadap apa yang sedang terjadi pada lingkungan bisnis. Namun ia juga seorang implementator yang andal. Ini berarti seorang wirausaha mempunyai kemampuan menguasai detil-detil yang diperlukan untuk mewujudkan impiannya.
Pengusaha detil ini tentu merupakan hasil pembelajarannya. Ia terus belajar untuk dapat mengekploitasi peluang-peluang yang muncul. Peluang itu bisa muncul pada banyak hal. Misalnya munculnya hal yang tidak disangka-sangka sebelumnya, seperti video yang menyodok peran bioskop. Perkembangan teknologi juga mampu melahirkan peluang bisnis dalam rekayasa genetik yang ternyata dapat dimanfaatkan di banyak bidang seperti untuk pemuliaan tanaman, pengembangan budidaya jaringan (tissue culture), bahkan yang terakhir untuk cloning binatang, bahkan mungkin manusia.
Peluang juga dapat muncul karena perubahan gaya hidup. Kebutuhan akan gaya hidup sehat memunculkan peluang bisnis makanan-makanan tambahan untuk kesehatan yang menjamur di pasar dewasa ini Demikian juga halnya akan permintaan teh hijau yang dipersepsi orang dapat meningkatkan kualitas kesehatannya karena dipromosikan mampu mengurangi kadar kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, kanker, dan sebagainya.
Peluang juga bisa muncul karena ada kebuthan adn keinginan (needs & wants) yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan yang ada. Pendirian pabrik di suatu lokasi misalnya, menimbulkan peluang bisnis warung makan dan minuman, pondokan, angkutan, hiburan, bacaan, dan kebutuhan pokok lainnya. Pendeknya, terhadap peluang bisnis, seorang wirausaha akan memburunya terus sampai dapat.


4. Pengaruh Lingkungan
Pertumbuhan kelompok wirausaha tidak dapat terlepas dari kaitannya dengan lingkungan. Kalau lingkungan tidak mendorong tumbuhnya kelompok wirausaha, perkembangan kewirausahaan juga akan tersendat-sendat. Apa gunanya menjadi wirausaha kalau misalnya saja laba yang diakumulasikan dengan tekun dari tahun ke tahun akhirnya dijarah? Bukankah semua kerja kerasnya sia-sia belaka, dan pihak-pihak lain yang menikmati?Wirausaha tidak akan berkembang dengan baik kalau hak milik pribadi (property right) tidak dijunjung tinggi.
Lingkungan baru merupakan salah satu kendala. Ada juga kendala yang bersifat kultural. Dalam kultur-kultur yang otoriter tertutup, klas wirausaha tidak akan berkembang dengan baik. Kalau pun muncul kelompok-kelompok wirausaha, kualitas wirausahanya pantas disangsikan. Bukan tidak mungkin mereka menjadi pengusaha karena kolusi, korupsi dan nepotisme seperti yang terjadi di negeri kita dalam masa Order Baru. Karena pada dasarnya mereka bukan pengusaha yang ditempa lapangan, maka begitu tertimpa krisis, banyak yang amblas, tak tentu rimbanya lagi.
Wirausaha akan tumbuh kalau lingkungan menghargai orang-orang yang kreatif dan menyediakan sarana-sarana agar kreativitas itu dapat diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana-sarana itu misalnya tersedianya sumberdaya modal untuk usaha, serta sumberdaya-sumberdaya lainnya. Dalam bahasa ilmu ekonomi seorang wirausaha adalah seorang yang mampu menggabungkan “faktor-faktor produksi” untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Faktor-faktor produksi itulah yang harus dalam suatu lingkungan agar wirausaha bertumbuh dan berkembang.






5. Organisasi Kewirausahaan
Pada awal usaha, seorang wirausaha belum mementingkan kesempurnaan organisasi. Dengan perkataan lain, kerjanya barangkali masih serabutan sana-sini. Namun demikian dengan semakin berkembangnya perusahaan, mau tidak mau, suka tidak suka, organisasi harus diatur.Dalam pengaturan ini yang perlu dijaga adalah jangan sampai pengorganisasian yang dilakukan justru mematikan jiwa kewirausahaan si pendiri. Mengembangkan suatu organisasi yang tetap menjujung tinggi asas kewirausahaan ini bukan perkara gampang. Sesuai sifat dan sikap seorang wirausaha yang selalu mendambakan hasil yang dirancang, maka langkah kunci agar organisasi tidak kehilangan semangat wirausaha adalah dengan menempatkan pencapaian sasaran sebagai tugas utama.
Banyak kendala yang harus dipahami dalam mewujudkan pencapaian sasaran. Ini dapat diatasi kalau semua pihak yang terlibat menyadari bahwa:
  • Hal-hal yang tidak diduga selalu bisa terjadi. Maka organisasi para awak pendukungnya harus selalu fleksibel.
  • Kejayaan suatu produk suatu saat akan berakhir. Maka selalu harus sudah siap dengan tawaran produk atau jasa baru.
  • Pertumbuhan sesaat tidak selalu baik dampaknya bagi perkembangan jangka panjang. Maka harus ada kepemimpinan yang kuat untuk mengarahkan perkembangan usaha.
  • Hasil akan lebih terjamin terwujud kalau usahanya terfokus. Maka fokuskan pada bidang yang memberikan hasil signifikan.
  • Usaha akan dapat begerak lincah kalau bertindak seperti perusahaan kecil. Maka hindarilah pengorganisasian yang terlalu birokratis.
  • Gaya kepemimpinan perlu terus menerus disesuaikan dengan konteksnya: melatih, memotivasi, memfasilitasi, memonitor, memperingatkan, dan sebagainya, kesemuanya disesusaikan dengan kondisi yang dihadapi secara nyata.
Kreativitas harus tetap dijunjung tinggi kalau kita ingin menumbuhkan kembangkan kewirausahaan dalam organisasi. Tindakan-tindakan keorganisasian yang dapat mendorong munculnya kreativitas anatara lain:
  • Menyusun struktur organisasi terbuka, desentralisasi.
  • Menitikberatkan komunikasi efektif di semua level.
  • Menyediakan sumberdaya secukupnya untuk inisiatif-inisiatif baru.
  • Memberikan kebebasan untuk melakukan kesalahan.
  • Memberikan imbalan material maupun inmaterial untuk sukses yang dicapai.
Tanggung jawab pimpinan dalam organisasi kreatif di atas menjadi sangat vital. Tanggung jawab mereka meliputi:
  • Menciptakan dan menyebarluaskan visi bisnis.
  • Berkomunikasi dengan jelas dan fleksibel.
  • Memberikan dukungan antar pribadi.
  • Memberikan pujian terhadap sukses yang dicapai.
  • Menerima dengan lapang dada kegagalan yang terjadi
  • Menguasai kiat mengatasi konflik secara kreatif dan positif.
  • Tahu kapan saat mulai, kapan saat berhenti.
  • Menyeimbangkan antara gagasan kreatif dengan keterbatasan sumberdaya yang ada.
  • Melatih dan mendampingi.




6. Profil Pribadi Wirausaha
Setiap profesi sedikit banyak akan mempengaruhi profil kepribadian dari orang yang menggeluti profesi tersebut. Demikian pula halnya dengan “profesi” wirausaha. J. Timmons dan kawan-kawan pernah melakukan riset tentang ciri-ciri pribadi wirausaha, dan mendapatkan daftar berikut ini:

  • Komitmen total, ketetapan hati, dan tekun
  • Dorongan untuk mencapai hasil dan berkembang.
  • Berorientasi kepada peluang dan tujuan.
  • Mengambil inisiatif dan tanggung jawab pribadi.
  • Penyelesaian masalah terus menerus.
  • Realisme dan rasa humor.
  • Mencari dan memakai umpan balik.
  • Pengendalian diri dalam diri sendiri.
  • Mencari dan mengambil resiko yang diperhitungkan.
  • Tidak membutuhkan status dan kekuasaan
  • Pribadi yang utuh dan andal.
Posted by Fadlan Mumtaz
Fadlan Mumtaz Updated at: Thursday, September 07, 2017

Contoh Resensi novel: Pesantren Impian

Resensi Novel : Pesantren Impian


Judul      :  Pesantren Impian. 
Penulis   :  Asma Nadia. 
Penerbit :  Asma Nadia Publishing. 
Tebal      :  300 halaman. 
Tahun Terbit    : 2014
Pesantren Impian, novel karangan penulis terkenal Asma Nadia. Novel ini menceritakan kisah kehidupan remaja, yang memiliki masalah hidup yang bisa dikatakan berat. Berurusan dengan barang haram korban pemerkosaan, terlibat pergaulan bebas, dan tindak kekerasan.
 Lima belas remaja putri dan putra dengan masa lallu kelam , menerima undangan misterius untuk  menetanp di pesantren impian. Sebuah tempat rehabiilitas di pulau yang bahkan tak tercantum di dalam peta. Sebuah pondok yang kecil dan didirikan oleh Gus Budiman.Pesantren ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kedua bagi siapa saja orang yang memiliki masa lalu yang gelap untuk mencapai tujuannya.
Semua gadis rata rata memiliki masalah tersendiri. Sisy seorang model seksi datang bersama sahabatnya bernama Inong. Butet memiliki masalah tentang kasus narkobanya. Sri memiliki masalah dengan skandal pelacurannya. Sementara Rini yang dari luar terlihat lugu ternyata dia hamil diluar nikah. Selain mereka masih banyak orang dengan sederet persoalan yang mereka hadapi. Termasuk Eni, seorang polwan muda, cantik, cerdas dam masih muda yang sedang meneliti kasus pembunuhan di Hotel Crystal, dan mendapatkan petunjuk bahwa tersangkanya berada di pesantren impian tersebut.

      Tidak mudah mencairkan suasana yang kaku diantara para santriwati yang tidak pernah saling mengenal. Sebab masa lalu dan berbagai persoalan yang menghampiri mereka sudah berkarat. Namun ada tiga orang yang selalu menyemangati para santriwati yaitu Ustadz Agam dan Ustadzah Hanum, serta Umar sosok laki laki tampan yang misterius dan juga denkat dengan Gus Budiman. Secara perlahan pintu hati mereka terbuka, mereka perlahan mengenal Islam menjadi dalam. Bak pesantren itu adalah rumah kedua bagi mereka yang menawarkan oase sejuk yang tak pernah mereka dapatkan.
Si gadis pembunuh yang selam ini diburu oleh si polisi juga berada dalam rombongan ini terus menghantui mereka beberapa waktu terakhir menjelang selesainya masa pendidikan. Teungku Budiman sang pemilik pesantren yang sangat cemas dengan keadaan pesantren karena mulai diganggu oleh orang-orang luar yang meneror para siswi pesantren.
Kelebihan novel :
1. Ditulis dengan bahasa sederhana dan tidak njlimet sehingga mudah dipahami.
2. Sangat mengasyikkan, saat membuka lembar demi lembar halaman dengan penuh rasa penasaran, karena sang penulis sangat rapi menyimpan identitas tokohnya hingga di lembar terakhir.

Kekurangannya :

 Adegan kekerasannya kurang seru sebagai novel misteri bergenre detektif.

Kesimpulan :

      Penulis meracik sebuah cerita dengan sangat seru! Begitu jeli menyembunyikan si gadis pembunuh itu sebagai tokoh utama dalam novel ini. Jadi, pembaca diajak untuk menemukan sendiri siapa nama asli dari pembunuh itu. Letupan-letupan klimaks yang tak terduga, serta misteri-misteri kejadian yang menimpa para santriwati, membuat novel ini begitu hidup. Selain itu bahasa yang digunakan pun enak, dan tidak terjamah pada hal-hal yang vulgar. Novel ini mengajarkan bahwa sebaik-baiknya seorang manusia di depan mata kita, dia pasti punya aib dan kekurangan diri, besar atau kecil. Namun Allah yang Maha Menjaga Rahasia begitu sempurna menyembunyikan aib itu di mata manusia lain. Jadi, jangan heran ketika seorang yang anda kenal baik, dikemudian hari menjadi sosok yang berdosa. Semoga kita menjadi lebih baik.


Pesan moralnya :
      Harta bukanlah sumber kebahagiaan, terlebih bila itu diperoleh dengan cara yang salah, bahkan justru akan mencelakakan diri dan keluarga.Sekelam dan sehitam apapun masa lalu kita, Tuhan akan selalu membuka pintu taubat. Dan hidayah itu harus dijemput.



By: Muhammad Rayhan Murtadha
Posted by Fadlan Mumtaz
Fadlan Mumtaz Updated at: Wednesday, September 06, 2017