Tugas Sejarah:
Kerajaan Ternate
Oleh kelompok 9:
Nama:
1.Fadlan
2.N F
3.N T H
4.T Z F
Definisi
Umum Kerajaan Ternate
Kesultanan
Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4
kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur
Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan
timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17.
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat
perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya
membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan
Marshall di Pasifik.
Sejarah
berdirinya Ternate
Sigi Lamo, masjid peninggalan Kesultanan Ternate.
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad
ke-13. Penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera.
Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala
marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang
yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate semakin
heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa.
Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang
sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona
diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan
mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan
diangkat sebagai kolano (raja)
pertama dengan gelar Baab
Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di
kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai
sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar
(belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan
populernya Kota Ternate,
sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada
kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate
berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil
menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia
khususnya Maluku.
Tak ada sumber yang mengenai awal kedatangan Islam di Maluku Utara di Ternate. Namun sejak awal berdirinya
kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan
nama Islam. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi
memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah
raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat
istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500).
Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan,
Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan,
dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama.
Kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku
secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama
di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru
pada Sunan Giri di pulauJawa.
Di sana dia dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).
Ngara Lamo, gerbang Istana
Kesultanan Ternate pada tahun 1910-an.
Pemimpin Kesultanan Ternate
Pada masa–masa
awal suku
Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan
dipegang seorang raja yang disebut kolano.
Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan
penerapansyariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan menggantinya
dengan gelar sultan. Para ulamamenjadi figur penting dalam kerajaan.
Kolano dan Sultan Ternate
|
Masa jabatan
|
Baab
Mashur Malamo
|
1257
- 1277
|
Jamin
Qadrat
|
1277
- 1284
|
Komala
Abu Said
|
1284
- 1298
|
Bakuku
(Kalabata)
|
1298
- 1304
|
Ngara
Malamo (Komala)
|
1304
- 1317
|
Patsaranga
Malamo
|
1317
- 1322
|
Cili
Aiya (Sidang Arif Malamo)
|
1322
- 1331
|
Panji
Malamo
|
1331
- 1332
|
Syah
Alam
|
1332
- 1343
|
Tulu
Malamo
|
1343
- 1347
|
Kie
Mabiji (Abu Hayat I)
|
1347
- 1350
|
Ngolo
Macahaya
|
1350
- 1357
|
Momole
|
1357
- 1359
|
Gapi
Malamo I
|
1359
- 1372
|
Gapi
Baguna I
|
1372
- 1377
|
Komala
Pulu
|
1377
- 1432
|
Marhum
(Gapi Baguna II)
|
1432
- 1486
|
1486
- 1500
|
|
1500
- 1522
|
|
1522
- 1529
|
|
1529
- 1533
|
|
1533
- 1534
|
|
1535
- 1570
|
|
1570
- 1583
|
|
Said
Barakat Syah
|
1583
- 1606
|
Mudaffar
Syah I
|
1607
- 1627
|
Hamzah
|
1627
- 1648
|
Mandarsyah
|
1648
- 1650 (masa pertama)
|
Manila
|
1650
- 1655
|
Mandarsyah
|
1655
- 1675 (masa kedua)
|
Sibori
|
1675
- 1689
|
Said
Fatahullah
|
1689
- 1714
|
Amir
Iskandar Zulkarnain Syaifuddin
|
1714
- 1751
|
Ayan
Syah
|
1751
- 1754
|
Syah
Mardan
|
1755
- 1763
|
Jalaluddin
|
1763
- 1774
|
Harunsyah
|
1774
- 1781
|
Achral
|
1781
- 1796
|
Muhammad
Yasin
|
1796
- 1801
|
Muhammad
Ali
|
1807
- 1821
|
Muhammad
Sarmoli
|
1821
- 1823
|
Muhammad
Zain
|
1823
- 1859
|
Muhammad
Arsyad
|
1859
- 1876
|
Ayanhar
|
1879
- 1900
|
Muhammad
Ilham (Kolano Ara Rimoi)
|
1900
- 1902
|
Haji
Muhammad Usman Syah
|
1902
- 1915
|
Iskandar
Muhammad Jabir Syah
|
1929
- 1975
|
1975
– 2015
|
Kedatangan
Portugal dan Perang Saudara.
Pada
masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521),
Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami,
teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh
dari orang Arab dan Turki digunakan untuk
memperkuat pasukan Ternate. Pada masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo (Ludovico
Varthema) tahun 1506.
Sultan
Bayanullah wafat meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia. Janda
sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak
sebagai wali. Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate
dan Tidore dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, Pangeran
Hidayat (kelakSultan
Dayalu)
dan pangeran Abu Hayat (kelak Sultan
Abu Hayat II). Sementara pangeran Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri.
Portugal
memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah perang
saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese
didukung Portugal. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justru
dikhianati dan dibunuh Portugal. Gubernur Portugal bertindak sebagai penasihat
kerajaan dan dengan pengaruh yang dimiliki berhasil membujuk dewan kerajaan
untuk mengangkat pangeran Tabariji sebagai sultan. Tetapi ketika Sultan Tabarijimulai menunjukkan
sikap bermusuhan, ia difitnah dan dibuang ke Goa, India. Di sana ia dipaksa Portugal untuk
menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan Kristen dan vasal kerajaan Portugal,
namun perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun (1534-1570)
Pengusiran Portugal
Tak
ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran
Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki
benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki
sekutu–sekutu suku pribumi yang bisa
dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus
mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat
bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. Secara licik
gubernur Portugal, Lopez
de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan
dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.
Pembunuhan
Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugal,
bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur
Indonesia digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal
meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575.
Kedatangan
Belanda
Kekalahan demi kekalahan yang diderita
memaksa Ternate meminta bantuan Belanda pada tahun 1603. Ternate akhirnya berhasil menahan
Spanyol namun dengan imbalan yang amat mahal. Belanda akhirnya secara
perlahan-lahan menguasai Ternate. Pada tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate
menandatangani kontrak monopoli VOC di
Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol. Pada tahun 1607 pula
Belanda membangun benteng Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama
mereka di nusantara.
Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada
Ternate semakin kuat. Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang
merugikan rakyat lewat perintah sultan. Sikap Belanda yang kurang ajar dan
sikap sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan.
Sepanjang abad ke-17, setidaknya ada 4 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan
Ternate dan rakyat Maluku.
Dalam usianya yang kini memasuki usia
ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya sebatas
simbol budaya.
Raja ternate ke
48