sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa dosis tinggi flavanol, sekelompok senyawa yang ditemukan dalam kakao dan teh dapat membalikkan penurunan memori terkait usia.
“Jika seorang peserta memiliki daya ingat setingkat orang 60 tahun pada awal studi, setelah tiga bulan, orang tersebut rata-rata memiliki memori seperti orang usia 30-40an," ujar Dr. Scott Small, profesor neurologi di Columbia University, New York, dalam pernyataan tertulis.
Kemampuan-kemampuan kognitif secara alami menurun dengan usia dan pada usia 50 atau 60an, dapat berdampak pada kemampuan mengingat nama atau tempat menyimpan kunci.
Untuk studi tersebut, para peneliti memberi sukarelawan berusia antara 50 dan 69 minuman berkadar flavanol tinggi yang didapat dari biji kakao atau minuman berkadar flavanol rendah. Minuman itu dibuat oleh Mars Inc., produsen cokelat global, yang sebagian mendanai riset tersebut.
Beberapa subyek penelitian mendapatkan flavanol dosis tinggi, 900 miligram sehari selama tiga bulan, sementara yang lainnya hanya mendapat dosis 10 miligram.
Penelitian difokuskan pada volume darah di sebuah bagian otak yang disebut dentate gyrus, yang bertanggung jawab atas penciptaan memori-memori baru.
Ternyata ada peningkatan yang terlihat dalam fungsi dentate gyrus pada mereka yang mengkonsumsi minuman berkadar flavanol tinggi, dan mereka juga mendapat nilai lebih baik dalam tes daya ingat, menurut para peneliti.
Craig Stark, ahli neurobiologi di University of California, Irvine, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan pada koran New York Timesmengatakan hasil penelitian tersebut membuat bersemangat.
Namun sebelum pergi dan membeli sekantung cokelat, Small mengatakan banyak pembuat cokelat menyaring flavanol sehingga seseorang harus makan 25 coklat per hari untuk mencapai tingkat yang didapat dalam penelitian tersebut.
"Hal itu tidak saya rekomendasikan sebagai dokter. Itu akan melawan semua manfaat," ujarnya.
Small mengatakan studi-studi lanjutan yang lebih besar akan memutuskan jumlah minimal flavanol yang dapat dikonsumsi untuk mencapai hasil tersebut.
Sementara itu, para peserta yang juga berolahraga empat kali seminggu selama studi tersebut menunjukkan bahwa olahraga tidak berdampak pada perbaikan daya ingat.
"Bukannya olahraga tidak bermanfaat, namun mungkin orang-orang yang lebih berumur memerlukan olahraga yang lebih intens untuk mencapai kadar oksigen maksimal yang dihirup yang memiliki efek penyembuhan," ujar Small.
Sumber: Di edit dari voa Idonesia