Atletik
Atletik adalah event asli dari Olimpiade pertama pada tahun 776 sebelum Masehi dimana satu-satunya event adalah perlombaan lari atau stade. Ada
beberapa “Games” yang digelar selama era klasik Eropa: Panhellenik Games The
Pythian Game (dimulai 6 Sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua tahun.
The Isthmian Game (dimulai 523 Sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari Corinth
setiap dua tahun.
Jenis-jenis atletik:
v Event
Lintasan –event lari di lintasan 400m.
·
Sprint: event
yang termasuk 400m. Event yang umum adalah 60m (hanya di dalam ruangan), 100m,
200m dan 400m.
·
Jarak Menengah: event dari 800m sampai 3000m,
800m, 1500m, satu mil dan 3000m.
·
Lari berintang – lomba
(biasanya 300m) dimana pelarinya harus melewati rintangan seperti penghalang
dan rintangan air.
·
Jarak Jauh: berlari diatas 5000 m. Biasanya
5000 m dan 10000 m. yang kurang lazim ialah 1, 6, 12, 24 jam perlombaan.
·
Halang Rintang: 110 m
halang rintang tinggi (100 m untuk wanita) dan 400 m haling rintang menengah
(300 m di beberapa SMA).
·
Estafet: 4 x 100m
estafet, 4 x 400 m estafet , 4 x 200 m estafet , 4 x 800 m estafet , dll.
Beberapa event, seperti estafet medley, jarang dilangsungkan kecuali estafet
karnaval besar.
·
Lari jalanan:
dilangsungkan di jalanan terbuka, tapi biasanya diakhiri di lintasan. Event
biasa adalah 5km, 10km, setengah marathon dan marathon.
v Event
lapangan
·
Event melempar
·
Event lompat
v yang
sangat tidak biasa
v Event
ganda atau kombinasi
·
Hepta
·
Decathlon / Dasalomba
JENIS DAN TEKNIK START UNTUK PELARI
Start adalah cara seorang untuk mempersiapkan diri
dalam gerak lari. Star terdiri atas tiga cara yaitu :
A.
Start berdiri (standing start) ,
biasanya start ini di lakukan oleh pelari jarak menengah dan jarah jauh di
antaranya pelari 800m, 1500m, 5000m, dan 10.000m
B.
Start Melayang (flying start)
dilakukan hanya untuk pelari ke-2, ke-3 dan ke-4 dalam lari estapet.
C.
Start jongkok (crouching
start), biasanya start ini di lakukan oleh pelari jarak pendek di antaranya
pelari 100m, 200m, dan 400m.
Start jongkok terdiri atas tiga macam yaitu:
1.
Star pendek atau bunch start
Tangan sedikit lebih lebar dengan bahu, ibu
jari membentuk huruf v, kaki yang di depan 75cm dari garis start, kaki yang di
belakang sejajar dengan tumit kaki yang di depan jarak nya sekitar satu kepal
tangan
.
2.
Start Menengah atau medium start
Posisi tangan dan ibu jari sama seperti
posisi pada start pendek, kaki yang di depan 40cm dari garis start, lutut kaki
di belakang sejajar dengan ujung jari kaki yang di depan dan jarak dari ujung jari
kaki di depan satu kepal dangan lutut kaki yang sejajar dengan ujung jari kaki
yang di depan
3.
Start Panjang atau long start
Posisi tangan dan ibu jari sama sepeti start
pada star pendek , kaki yang di depan sama sepetri start menengah yaitu 40cm
dari garis start, lutut kaki di belakang sejajar dengan tumit kaki di depan dan
jaraknya satu kepal dari tumitkaki di depan ke ujung jari kaki yang di
belakang.
Cara melakukan start jongkok:
I.
pelari maju menuju garis start.
II.
Letakkan tangan di belakang garis start,
posisi tangan sedikit lebar dengan bahu dan ibu jari tangan membentuk huruf v,
tangan sedikit di depan dan lengan tangan lurus, bahu condong ke depan.
III.
Kepala sedikit membungkuk sehingga leher
tidak tegang,mata memandang lintansan sekitar 2m dari garis start.
IV.
Jarak letak kaki di garis start tergantung
pada jenis start.
Teknik Start Jongkok Pada Aba-aba “Siap”
I.
Angkat pinggul ke depan atas dengan tenang
sampai sedikit lebih tinggi dari bahu.
II.
memindahkan berat badan ke tanga sampai
badan terasa ringan.
III.
Kepala rendah,leher tetap rileks,pandangan ke
bawah kikra-kira 1-1,5 meter dari garis start
IV.
Lengan tetap lurus dan tidak boleh bengkok.
V.
Pusatkan perhatian pada bunyi aba-aba.
I.
Ayunkan tangan sekuat-kuatnya dan
sekencang-kencangnya.
II.
Kaki kiri menolak kuat-kuat sampai tekejang
lurus. Kaki kanan melangkah secepat mungkin, dan secepat itu pula mencapai
tanah.
III.
berat badan harus meluncur ke depan.
IV.
Langkah lari makin lama makin cepat dan
melebar.
Gerakan saat
menuju garis finish
Lari terus
tanpa perubahan apapun,dada dicondongkan ke depan,tangan tetap mengayun
sekuat-kuatnya, tidak boleh menoleh lawan dan jangan memperlambat langkah kaki.
Lomba Jalan Cepat
Jalan cepat adalah gerak maju langkah kaki yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga kontak dengan tang tetap terpelihara dan tidak
terputus, selama saat setiap kaki melangkah, kaku yang bergerak mau perjalan
kaki harus berhubungan atau menyentuh tanah. sebelum kaki belakang meninggalkan
tanah. Kaki penyangga harus diluruskan ( tidak bengkok lutut ) untuk
sekurang-kurangnya sesaat dalam posisi tegak atau vertikal.
Peraturan Jalan Cepat
Pada olahraga jalan cepat tidak diperkenankan langkah melayang atau membuat lompatan. Menurut aturannya, kaki perjalan cepat arus tetap diatas tanah dan sekurang-kurangnya satu kaki harus menginjak tanah. di indonesia perlombaan jalan cepat sebagi nomor yang diperlombakan pada kejuaraan nasional atletik pada tahun 1978. jarak yang diperlombakan adalah untuk wanita 5 km dan 10 km, sedangkan untuk pria 10 km dan 20 km.
Pada olahraga jalan cepat tidak diperkenankan langkah melayang atau membuat lompatan. Menurut aturannya, kaki perjalan cepat arus tetap diatas tanah dan sekurang-kurangnya satu kaki harus menginjak tanah. di indonesia perlombaan jalan cepat sebagi nomor yang diperlombakan pada kejuaraan nasional atletik pada tahun 1978. jarak yang diperlombakan adalah untuk wanita 5 km dan 10 km, sedangkan untuk pria 10 km dan 20 km.
Perbedaan Jalan Cepat dan Lari
Gerakan jalan cepat hampir sama dengan gerakan berlari
karena masing-masing mengutamakan gerakan kaki dan ayunan lengan sebagai sumber
gerakan. cara melakukannya terdapat perbedaan prinsip antara jalan cepat dengan
lari yaitu pada gerakan jalan cepat selalu ada kaki yang kontak dengan tanah.
artinya, setiap saat salah satu kaki selalu menginjak tanah sedangkan dalam
gerakan lari, ada saat melayang, pada waktu melangkah artinya, pasa saat
tertentu kedua kaki lepas atau tidak menyentuh tanah.
Start yang digunakan dalam Jalan Cepat
Di dalam perlombaan jalan cepat start yang digunakan
adalah start berdiri, karena start pada jalan cepat ini kurang berpengaruh
terhadap hasil perlombaan maka tidak ada tehnik khusus yang harus dipelajari
atau dilatih.
Estafet
Lari sambung atau lari estafet adalah
salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara
bergantian atau beranting. Dalam satu regu lari sambung terdapat empat orang
pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pada nomor lari
sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu
memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke pelari
berikutnya.
Nomor lari estafet yang sering diperlombakan adalah nomor
4 x 100 meter=400 meter dan nomor 4 x 400 meter (1.600 meter). Dalam melakukan
lari sambung bukan teknik saja yang diperlukan tetapi pemberian dan kemahiran
dalam menerima tongkat dengan cepat di zona atau daerah pergantian serta
penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari.
Peraturan Perlombaan
I.
Panjang daerah pergantian tongkat estafet
adalah 20 meter, lebar 1,2 meter dan bagi pelari estafet 4 x 100 meter
ditambabh 10 meter pra-zona. Pra-zona adalah suatu daerah dimana pelari yang
akan berangkat dapat mempercepat larinya, tetapi disini tidak terjadi penggantian
tongkat.
II.
Lari Estafet(Lari Beranting) Lari Estafet
atau sering disebut dengan lari beranting merupakan salah satu dari cabang
atletik. Lari Estafet hanya membutuhkan empat (4) orang pemain untuk melakukan
olahraga tersebut. Jarak Tempuh Lari estafet : 4×400 M (Putra/Putri) Dan
4×100 M Start yang sering digunakan dalam Lari Estafet: Start Jongkok sering
digunakan pada pelari pertama(1), Sedangkan Start Berlari sering digunakan pada
pelari ke-Dua,ke-Tiga,dan ke-Empat (2,3,4)
Ada beberapa cara menerima tongkat Estafet:
Visual : Dengan menoleh atau melihat ke belakang dan
ini hanya digunakan untuk lari Estafet yang berjarak 4×400 meter.
Non Visual : Cara ini digunakan dengan tidak menoleh
ataupun melihat ke belakang,karena jarak yang digunakan terlalu pendek yaitu
4×100 meter.
Ada ketentuan atau peraturan yang ada di olahraga Lari
Estafet ini:
Diperbolehkan mengambil tongkat estafet apabila tongkat
tersebut jatuh pada saat pergantian penerimaan tongkat pada lari yang berjarak
4×400 meter dengan resiko team tersebut bisa kalah dalam lomba tersebut.
Di perbolehkan mengambil tongkat estafet apabila tongkat
tersebut jatuh pada saat pergantian penerimaan tongkat pada lari yang berjarak
4×100 meter dengan resiko team tersebut dapat langsung di diskualifikasi dalam
pertandingan olahraga tersebut.
Ada juga cara yang baik dalam menerima togkat estafet
agar tidak terjatuh yaitu :
Sebagai pemain yang ingin memberi tongkat tersebut harus
menggunakan tangan kiri, sedangkan pemain yang menerima tongkat tersebut harus
menggunakan tangan kanan.
Tongkat
Panjang: 29,30 centimeter
Diameter:
Untuk dewasa: 4 cm
Untuk anak-anak: 2 cm
Berat tongkat : 50 gr
Tolak Peluru
Tolak peluru termasuk nomor lempar.
Dikatakan bahwa tolak peluru adalah nomor lempar karena nomor tolak peluru
dilemparkan dengan cara ditolakkan atau didorong menggunakan tangan.
Tujuan melakukan tolak peluru adalah menghasilkan jarak tolakan yang sejauh-jauhnya.
Dalam tolak peluru terdapat dua macam gaya, yaitu gaya ortodock dengan awalan menyamping dan gaya O’Brien dengan membelakangi sektor tolakan.
Tujuan melakukan tolak peluru adalah menghasilkan jarak tolakan yang sejauh-jauhnya.
Dalam tolak peluru terdapat dua macam gaya, yaitu gaya ortodock dengan awalan menyamping dan gaya O’Brien dengan membelakangi sektor tolakan.
Teknik Dasar Tolak Peluru:
I.
Teknik Memegang Peluru
Ada tiga macam cara memegang peluru dan
meletakkan di bahu.
A.
Peluru diletakkan pada pangkal jari-jari di
telapak tangan.
·
Jari telunjuk, jari tengah, dan jari
kelingking adalah titik tolak yang utama dan membantu tolakan.
·
Jari-jari ini tidak boleh berjauhan, jari
kelingking dan ibu jari menjaga peluru agar tidak jatuh.
B.
Peluru diletakkan di depan bahu (pada tulang
selangka dan leher).
C.
Siku diangkat setinggi bahu, peluru menempel
pada tulang rahang bagian bawah.
II.
Tolak Peluru dengan Awalan Menyamping (Gaya
Ortodock)
Cara melakukan adalah sebagai berikut:
Cara melakukan adalah sebagai berikut:
A.
Sikap awal berdiri menyamping dengan sektor
tolakan berada di sektor kiri tubuhnya, lutut kaki kanan ditekuk, sedangkan
kaki kiri diluruskan ke belakang. Berat badan berada pada kaki kanan dengan
pandangan mata ke depan.
B.
Tangan kanan memegang peluru yang diletakkan
di atas bahu kanan menempel pada rahang, sedangkan tangan kiri diangkat ditekuk
di depan wajah kiri berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh.
C.
Gerakan akan menolak, yaitu kaki kiri
diangkat kemudian diputarkan ke arah kiri sebanyak 2–3 kali putaran kemudian
kaki kiri berpijak di sebelah kaki kanan.
D.
Kaki kiri digeser ke samping kiri sambil kaki
kanan juga digeser mengikuti arah kaki kiri bergeser.
E.
Waktu kedua kaki bergeser ke kiri, peluru
dilemparkan dengan cara tangan kanan yang memegang peluru didorong ke arah
depan atas, jalannya peluru membentuk parabola diikuti pandangan mata ke arah
jalannya peluru.
F.
Sikap akhir, berat badan berada di kaki kanan
diusahakan tubuh tidak ke luar dari lingkaran.
III.
Tolak Peluru Awalan Membelakangi Sektor
Tolakan (Gaya O’Brien)
Cara melakukan, yaitu sebagai berikut:
Cara melakukan, yaitu sebagai berikut:
A.
Sikap awal, berdiri membelakangi sektor
tolakan dengan berat badan ada di kaki kanan sambil tubuh dibungkukkan.
B.
Kaki kiri berada di belakang sedikit
diangkat, tetapi ujung kaki masih berpijak dengan tanah.
C.
Tangan kanan memegang peluru yang diletakkan
di atas bahu yang menempel dengan daun telinga, sedangkan tangan kiri ditekuk ke
atas menyilang di atas wajah.
D.
Gerakannya, yaitu, tubuh dalam keadaan rendah
penuh kombinasi, sambil kaki kiri diayun-ayunkan ke depan dan ke belakang
kemudian peluru ditolakkan.
E.
Pada waktu menolakkan peluru diikuti berat
badan diputar ke belakang sambil kaki digeser ke belakang.
F.
Posisi
akhir, setelah peluru ditolakkan dengan keras yang diikuti pandangan mata,
kemudian berat badan
ganti pada kaki kiri.
ganti pada kaki kiri.
G.
Keseimbangan tubuh tetap dijaga agar tidak
terpental ke luar lingkaran.
Sarana dan
Peralatan
I.
Lapangan Tolak Peluru
Lapangan tolak peluru bentuknya lingkaran
dengan ketentuan sebagai berikut.
A.
Lapangan tolak peluru dengan tebal garisnya 5
cm.
B.
Sektor lemparan sudutnya ± 65o.
C.
Garis tengah lingkaran 2,50 meter.
II.
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk tolak peluru berikut ini.
Peralatan yang digunakan untuk tolak peluru berikut ini.
1)
Peluru.
Ketentuan peluru sebagai berikut.
- Bahan dari besi, kuningan, atau logam.
- Bentuknya bulat, permukaannya harus licin.
- Bagi pria beratnya 7,257 kg.
- Bagi wanita beratnya 4 kg.
- Peluru untuk pria diameter minimal 110 mm dan maksimal 130 mm.
- Peluru untuk wanita diameter minimal 95 mm dan maksimal 110 mm.
Ketentuan peluru sebagai berikut.
- Bahan dari besi, kuningan, atau logam.
- Bentuknya bulat, permukaannya harus licin.
- Bagi pria beratnya 7,257 kg.
- Bagi wanita beratnya 4 kg.
- Peluru untuk pria diameter minimal 110 mm dan maksimal 130 mm.
- Peluru untuk wanita diameter minimal 95 mm dan maksimal 110 mm.
2)
Rol meter terbuat dari baja, gunanya untuk
mengukur jarak tolakan.
3)
Bendera untuk memberi tanda pada bekas
tolakan.
III.
Teknik Melakukan Salah Satu Gaya Tolak Peluru
dengan Gaya Menyamping
A.
Pelaksanaan latihan tolak peluru dengan gaya
menyamping sebagai berikut.
Setelah memegang peluru dengan baik, masuklah ke dalam lapangan, berdiri menyamping ke arah sektor tolakan.
Setelah memegang peluru dengan baik, masuklah ke dalam lapangan, berdiri menyamping ke arah sektor tolakan.
B.
Berat badan ditumpukan pada kaki kanan, kaki
kiri diayun- ayunkan ke belakang. Badan dicondongkan, bahu kanan mendekat siku
kanan, dan bergeser dengan cepat ke depan, kaki kanan digeser ke depan diikuti
kaki kiri mengeser ke depan.
C.
Lanjutkan dengan tolakan kaki kanan dengan
lutut lurus disertai dengan memutar badan kea rah tolakan dan tangan mendorong
peluru sekuat-kuatnya ke depan.
Lempar Lembing
Sejarah Lempar Lembing
Di zaman dahulu lemparan dilakukan dengan berbagai cara:
dari berdiri, dengan ancang-ancang, dengan satu dan dua tangan, terhadap suatu
sasaran dan demi jaraknya. Dari lembing ringan untuk berburu pada bangsa-bangsa
yang masih primitive, tombak berat untuk berperang diseluruh dunia, dan lembing
dari Abad Pertengahan selama berabad-abad, terbentuklah lembing untuk
perlombaan seperti sekarang. Lembing lama dari kayu dengan ujung dari besi dan
sosok untuk membawa, diganti dengan kayu ringan dari Swedia, dan ini terdesak
lagi oleh lembing modern dari logam dan serat kaca (fiberglass).
Selama berpuluh tahun lempar lembing dijuarai oleh para
pelempar dari Finlandia. Dari 1914 sampai 1938 rekor dunia hamper hanya
diperbaiki oleh atlet Finlandia, keseluruhannya dengan lebih dari 16 meter.
Contoh yang baik dalam tradisi lempar lembing Finlandia ialah keluarga
Jarvinen: Papa Jarvinen dalam Olimpiade tahun 1908 menjadi juara ketiga dalam
lempar cakram, dan antara 1903 dan 1906 dua kali memperbaiki rekor dunia.
Kemudian sebagai pelatih ia membawa tiga orang dari anak-anaknya sampai ke
puncak prestasi. Anak bungsunya, Kalle, menjadi juara Finlandia dalam tolak
peluru. Achilles menjadi juara dunia dan pemenang medali perak dalam dasalomba;
dan Matti, yang tertua, antara 1930 dan 1936 memperbaiki rekor dunia dalam
lempar lembing dari 71,57 menjadi 77,32 meter. Pada tahun 1932 ia menjadi juara
Olimpiade di Los Angeles.
Lempar lembing diikutsertakan dalam peserta olimpiade
sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan untuk putra dan putri, sekarang nomor
ini dimasukkan dalam dasalomba dan sapta lomba. Dua perkembangan telah
mempengaruhi pelaksanaan lempar lembing. Yang pertama adalah usaha untuk
menggunakan putaran jenis cakram untuk melempar. Walaupun metode ini
menghasilkan jarak yang baik, namun seringkali tidak diperbolehkan, peraturan
melarang atlet membelakangi arah lemparan. Dengan demikian, peraturan ini telah
memantapkan jenis lempar lembing tradisional.
Perkembangan kedua dihasilkan dari peningkatan jarak yang
luar biasa (melebihi 100 meter) pada lemparan putra. Pembuat peraturan yang
khawatir seringkali mengubah ukuran lembing, dan secara perlahan mengurangi
jarak lemparan lembing putra. Tidak ada perubahan pada nomor putri.
Pada tahun 1953 terjadi kehebohan besar di antara para
pelempar lembing kaliber dunia. Seorang spanyol yang sama sekali tidak
terkenal, bernama Erazquien, telah melempar lembing lebih dari 90 meter, pada
waktu itu suatu jarak impian. Suatu teknik baru memungkinkan pelempar lembing
tersebut dapat mencapai lemparan sejauh itu. Alih-alih ancang-ancang lurus
seperti biasa, Erazquien berputar tiga kali dan melemparkan lembingnya dengan
sabun lunak untuk memperbaiki daya luncurnya.
Tetapi, “teknik spanyol” yang baru itu segera oleh IAAF
(Federasi Atletik Amatir Internasional) dilarang karena pelempar tidak selalu
dapat mengontrol lembingnya, dan karenanya membahayakan penonton. Selain itu,
tentunya juga harus disediakan stadion-stadion baru, sebab dengan teknik baru
itu dapat diharapkan lemparan sampai sejauh 130 meter. Atlet Hongaria, Ferenc
Faragi, pada rekor dunianya tahun 1980 berhasil melemparkan lembingnya sejauh
96,72 meter, suatu kemajuan hebta terhadap rekor-rekor pertama setelah lembing
dibakukan dengan panjang 2,60 m dan berat 800 gram.
Teknik Lempar Lembing
Sudah pada permulaan abad ini diketahui bahwa
ancang-ancang, memegang lembing kebelakang, dan langkah penghubung, membawa
pelempar ke dalam posisi menguntungkan. Langkah penghubung antara ancang-ancang
dan lemparan, yang disebut langkah pendorong (yang dulu masih disebut langkah
silang), dikembangkan oleh orang Swedia dan Finlandia. Langka itu menguntungkan
bagi kecepatan dan pelempar sampai dengan tungkai dan pingganganya sebelum
lembing. Dalam pada itu, sisi lemparnya dengan lengan terentangnya secara
kendur, jauh ketinggalan. Prinsip dasar teknik ini masih memberikan peluang
bagi variasi perseorangan. Walaupun demikian, pada teknik lempar lembing modern
tidak banyak berubah. Hanya pada persiapan lemparan dengan lengan lempar,
tegangan tubuh, dan ancang-ancang terdapat perbedaan antara teknik caliber
dunia sekarang dan teknik 50 tahun lalu. Maka itu, kemajuan prestasi yang
eksplosif juga bukan karena perbaikan teknik, melainkan karena kondisi pelempar
dan perkembangan materialnya.
1. Cara memegang lembing
Lembing dipegang di sisi belakang lilitan. Dengan itu
dimungkinkan pengalihan tenaga yang menguntungkandibelakang titik berat; selain
itu, jari mempunyai tempat pegangan lebih baik. Dibedakan tiga macam pegangan
lembing:
1. Cara
Finlandia dilakukan dengan cara memegang lembing pada bagian belakang
lilitan lembing dengan jari tengah dan ibu jari, sementara telunjuk berada
sepanjang batang lembing dan agak serong ke arah yang wajar, jari-jari lainnya
turut melingkar di badan lembing dengan longgar. Ini adalah
pegangan yang paling banyak digunakan, sebab dengan pegangan demikian lembing
dapat diarahkan dengan baik.
2. Cara
Amerika dilakukan dengan cara memegang lembing dibagian belakang
lilitan lembing dengan jari telunjuk melingkar di belakang lilitan dan ibu jari
menekannya di bagian permukaan yang lain, sementara itu jari-jari turut
melingkar di badan lembing dengan longgar. Dengan pegangan ini, pada waktu pelemparan dapat cepat terjadi penyimpangan lembing ke samping, yang sudah
tentu merupakan kesalahan.
3. Pada yang disebut “pegangan
tang”, lembing dipegang di antara telunjuk dan jari tengah (foto 4). Dengan
pegangan ini dicegah terjadinya luka pada siku, karena pelencangan terlalu
besar pada sendi itu menjadi terhalang (“pegangan kesehatan”). Tetapi lilitan
tipis seperti yang diharuskan, sering menyebabkan masalah pada waktu
pelemparan.
2. Cara membawa lembing
Membawa lembing adalah cara membawa dimulai saat
mengambil awalan sampai saat akan melempar.
· Tangan pembawa
lembing lurus ke belakang serong ke bawah, lembing dipegang di samping badan
segaris dan menempel pada lengan sedangkan ujung lembing di samping dada.
· Tangan pembawa
lembing ditekuk 900 , lembing dipegang setinggi telinga dan
tepat di atas bahu. Posisi lembing bisa horizontal, serong ke atas atau bawah.
· Tangan pembawa
lembing diangkat sedikit lebih tinggi dari kepala. Posisi lembing mendatar atau
serong.
3. Beberapa
hal yang harus di perhatikan dalam lempar lembing
Beberapa Hal Yang di Sarankan
· Memegang
lembing sepanjang jalur lengan
· Melebarkan
langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan
· Berlari
lurus selama melakukan awalan
· Bawalah
berat badan melewati tungkai belakang
· Dapatkan
sebuah pilihan antara tubuh bagian atas dan bagian bawah (bahu kiri dalam
posisi tertutup)
· Luruskan
lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap keatas
· Langkahkan
tungkai kiri jauh ke depan dan cakarkan
· Busungkan
badan dalam posisi lempar dan bawalah sikut keatas sewaktu melakukan lemparan.
Beberapa Hal Yang Harus di Hindari
· Memegang
lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
· Meloncat
ke atas pada langkah terakhir
· Melakukan
dua kali atau lebih langkah silang
· Membawa
ke dua bahu menghadap kedepan
· Pinggul di
tekuk sehingga badan membungkuk ke depan
· Membengkokkan
lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
· Penempatan
kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
· Melempar
berputar melalui samping kanan badan
4. Gaya melempar Lembing
Untuk melakukan suatu lemparan
diperlikan gaya, yang dimaksud dengan gaya adalah sikap atlet dalam melakukan
lemparan. Dalam lempar lembing dikenal dua macam gaya melempar, yaitu :
a. gaya menyamping (Hop step)
b. gaya langkah silang (cross
step)
Langkah silang merupakan gaya lempar lembing yang sering
digunakan oleh atlet pelempar lembing. Gaya cross step ini berasal dari
Finlandia sehingga banyak yang menyebut dengan lempar lembing gaya Finlandia.
Cara lempar lembing gaya Finlandia adalah sebagai berikut, setelah langkah
awalan terakhir lakukan langkah silang :
a. langkahkan kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri. Bersamaan itu tangan
kanan memegang lembing kemudian turunkan dan serong ke bawah.
b. Langkahkan kaki kiri ke depan dengan tetap mempertahankan sikap tangan
kanan.
c. Lankahkan kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri.
d. Lankahkan kaki kiri ke depan selebar mingkin saat telapak kaki tepat
menginjak tanah, putar pinggan ke depan bersamaan tangan kanan ditarik ke depan
atas.
Lentingan badan dan tangan saat
melempar
Cara melakukannya adalah :
a. Sikap terakhir langkah silang merupakan kelanjutan untuk lempar atau sikap
melempar.
b. Jika pelempar menggunakan tangan kanan, kaki kanan di luruskan ke belakang,
kaki kiri berada di depan dan lutut ditekuk.
c. Siku tangan pembawa lembing ditekuk dan diteruskan memutar badan secara
cepat untuk memperoleh lemparan yang baik dan sejauh-jauhnya.
d. Bersamaan dengan memutar badan ke arah sektor lemparan, lembing dilemparkan
dengan cepat.
Sikap akhir setelah melempar
Gerak ikutan atau follow through dilakukan dengn cara :
· Sikap badan menghadap ke arah lemparan lembing, kaki
kanan jatuh ke depan mengganti posisi kiri.
· Kaki kiri ke belakang menjaga keseimbangan sedangkan
tubuh condong ke depan.
Melakukan gerak ikutan dalam lempar
lembing bertujuan untuk :
· membantu kekuatan lemparan.
· Menjaga keseimbangan agar badan tidak melalui garis batas.
Ukuran dan Lapangan Lempar Lembing
Ukuran Lembing
No
|
Atlet
|
Panjang
|
Berat
|
Lilitan
|
1
|
Putra
|
260 cm - 270 cm
|
700 gram - 800 gram
|
15 cm - 16 cm
|
2
|
Putri
|
220 cm - 230 cm
|
600 gram
|
14 cm - 15 cm
|
Lempar cakram
Lempar cakram (Bahasa
Inggrisnya Discus
Throw) adalah salah satu cabang olahraga atletik. cakram yang
dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg
untuk perempuan. Lempar cakram diperlombakan sejak Olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani.
Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan
caranya yaitu: memegang cakram ada 3 cara, berdiri membelakangi arah lemparan,
lengan memegang cakram diayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki
kanan agak ditekuk, berat badan sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke
kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas
dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram
diikuti badan condong ke depan
latihan dasar menggunakan ring karet atau rotan
Diawali dengan sikap tegap
Langkahkan salah satu kaki sambil mengayunkan ring ke
depan
Lanjutkan ayunan hingga mengelilingi tubuh, jaga agar
lengan memegang ring tetap lurus dan berada di bawah ketinggian bahu
Langkahkan kaki lurus ke depan (berlawanan dengan arah
tangan). Ikuti gerakan pinggul dan dada ke depan. Kemudian lepaskan ring,
ayunkan tangan ke atas dan langkahkan kaki belakang ke depan.
Cara memegang cakram:
Pegang dengan buku ujung
jari-jari tangan, ibu jari memegang samping cakram, kemudian pergelangan tangan
ditekuk sedikit ke dalam
Mengayunkan cakram
Ayunkan cakram dengan ring
ke depan dan ke belakang di samping tubuh. Pada saat mengayunkan cakram, tangan
yang memegang cakram direntangkan sampai lurus. Jangan sampai lepas.
Gerakan lempar cakram
Ada 3 tahap dalam melempar cakram
Persiapan
Berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar
Pegang cakram dengan tangan kanan. Ayunkan sampai di atas
bahu sambil memutar badan ke kiri, kemudian ke kanan secara berulang-ulang.
Saat cakram diayun ke kiri, bantu tangan kiri dengan cara menyangganya.
Pelaksanaan
Ayunkan cakram ke depan lalu ke belakang
Pada saat cakram di belakang, putar badan dan ayunkan
cakram ke samping-depan-atas (membentuk sudut 40o )
Lepaskan cakram pada saat berada di depan muka
Penutup
Bantu lemparan dengan kaki kanan agar tercipta suatu
tolakan kuat pada tanah sehingga badan melonjak ke depan-atas
Langkahkan kaki kanan ke depan untuk menumpu, sedangkan
kaki kiri diangkat rileks untuk menjaga keseimbangan badan
LOMPAT TINGGI
Pengertian
Lompat tinggi merupakan olahraga yang menguji ketrampilan
meompat dengan melewat tiang mistar. Lompat tinggi adalah salah satu cabang
dari atletik. Tujuan olahraga ini untuk memperoleh lompatan setinggi-tingginya
saat melewati mistar tersebut dengan ketinggian tertentu.Tinggi tiang mistar
yang harus dilewati atlet minimal 2,5 meter, sedangkan panjang mistar minimal
3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik. Lompat tinggi
dilakukan tanpa bantun alat.
Dalam pertandingan, mistar akan dinaikkan setelah peserta
berhasil melewati ketinggian mistar. Peserta mestilah melonjak dengan sebelah
kaki Peserta boleh mulai melompat di mana-mana ketinggian permulaan yang
disukainya Sesuatu lompatan akan dikira batal jika peserta menyentuh palang dan
tidak melompat. Menjatuhkan palang semasa membuat lompatan atau menyentuh
kawasan mendarat apabila tidak berjaya melompat Peserta yang gagal melompat
melintasi palang sebanyak tiga kali bertutrut-turut (tanpa di ambil kira di
aras mana kegagalan itu berlaku) akan terkeluar daripada pertandinga Seseorang
peserta berhak meneruskan lompatan (walaupun semua peserta lain gagal) sehingga
dia tidak dapat menuruskannya lagi mengikut peraturan Ketinggian lompatan di
ukur secara menegak dari aras tanah hingga bahagian tengah disebelah atas
padang.Setiap peserta akan diberi peluang sebanyak tiga kali untuk melakukan
lompatan. Jika peserta tidak berhasil melewati mistar sebanyak tiga kali
berturut-turut, dia dinyatakan gagal. Untuk menentukan kemenangan, para peserta
harus berusaha melompat setinggi mungkin yang dapat dilakukan. Pemenang
ditentukan dengan lompatan tertinggi yang dilewati.
Sejarah LompatTinggi
Meskipun event lompat tinggi diikut sertakan dalam
kompetisi pada ollmpiade kuno, kompetisi lompat tinggi tercatat berlangsung
pada awal abad
ke-19 tepatnya di Skotlandia dengan ketinggian 1,68 meter. Pada masa itu
peserta menggunakan metode pendekatan langsung atau teknik gunting.Lompat
tinggi tidak dilakukan secara sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu yang harus
dikuasai agar peserta terhindar dari kecelakaan.
Pada abad ke -19 peserta lompat tinggi mendarat dan jatuh
diatas tanah yang berumput dengan gaya gunting, yaitu dengan cara membelakangi
. Gaya ini ternyata banyak mengakibatkan cedera bagi para peserta.Sementara
kini, lompat tinggi dilakukan dengan mendarat di atas matras sehingga
kecelakaan dapat di minimalisir. Atlet lompat tinggi sekarang banyak
menggunakan teknik fosbury flop.
Sarana dan Prasarana
1. Untuk Awalan
a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
2. Tiang Lompat
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
3. Bilah Lompat
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a) Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg
b) Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm
c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a) Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg
b) Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm
c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
4. Tempat Pendaratan
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm.
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm.
Macam-Macam Gaya Dalam Lompat Tingg
1. gaya Gunting (Scissors)
Gaya gunting ini beleh dikatakan gaya Swenney, sebab pada waktu sebelumnya (yang lalu) masih digunakan gaya jongkok.Terjadi pada tahun 1880 – permulaan abad ke 20. maka antara tahun 1896 swenny mengubahnya dari gaya jongkok itu menjadi gaya gunting. Karena gaya jongkok kurang ekonomis.
Gaya gunting ini beleh dikatakan gaya Swenney, sebab pada waktu sebelumnya (yang lalu) masih digunakan gaya jongkok.Terjadi pada tahun 1880 – permulaan abad ke 20. maka antara tahun 1896 swenny mengubahnya dari gaya jongkok itu menjadi gaya gunting. Karena gaya jongkok kurang ekonomis.
Cara melakukan:
Øsi pelompat mengambil awalan dari tengah
Bila si pelompat pada saat akan melompat, memakai tumpuan kaki kiri (bila ayunan kaki kanan), maka ia mendart (jatuh) dengan kaki lagi.Ø
ØDi udara badan berputar ke kanan, mendarat dengan kaki kiri, badan menghadap kembali ke tempat awalan tadi.
Øsi pelompat mengambil awalan dari tengah
Bila si pelompat pada saat akan melompat, memakai tumpuan kaki kiri (bila ayunan kaki kanan), maka ia mendart (jatuh) dengan kaki lagi.Ø
ØDi udara badan berputar ke kanan, mendarat dengan kaki kiri, badan menghadap kembali ke tempat awalan tadi.
2. gaya guling sisi (Western Roll)
Pada gaya ini sama dengan gaya gunting, yaitu tumpuan kaki kiri jatuh kaki kiri lagi dan bila kaki kanan jatuhnyapun kaki kanan hanya beda awalan, bdari tengah tapi dari samping.
Pada gaya ini sama dengan gaya gunting, yaitu tumpuan kaki kiri jatuh kaki kiri lagi dan bila kaki kanan jatuhnyapun kaki kanan hanya beda awalan, bdari tengah tapi dari samping.
3. Gaya Straddle
1. Awalan
Awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung dengan langka sekitar 3,5,7,9 langkah. Tujuan dari awalan ini adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan melalui irama awalan
b) Mempersiapkan diri untuk memperoleh sudut lepas landas.
c) Menciptakan arah gerak horizontal diubah ke dalam kecepatan vertical.
Awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung dengan langka sekitar 3,5,7,9 langkah. Tujuan dari awalan ini adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan melalui irama awalan
b) Mempersiapkan diri untuk memperoleh sudut lepas landas.
c) Menciptakan arah gerak horizontal diubah ke dalam kecepatan vertical.
2. Tolakan
Tolakan menggunakan salah satu kaki yang terkuat,apabila tolakannya menggunakan kaki kanan maka awalan dilakukan di sebelah sisi kiri mistar. Tujuan dari melakukan tolakan adalah sebagai berikut :
a) Mengembangkan kecepatan menolak pada sudut lintasan berat badan yang optimal.
b) Memperoleh saat – saat untuk memutar yang di perlukan pada tahap melewati mistar
c) Mengubah arah gerak horizontal menjadi arah vertical.
Tolakan menggunakan salah satu kaki yang terkuat,apabila tolakannya menggunakan kaki kanan maka awalan dilakukan di sebelah sisi kiri mistar. Tujuan dari melakukan tolakan adalah sebagai berikut :
a) Mengembangkan kecepatan menolak pada sudut lintasan berat badan yang optimal.
b) Memperoleh saat – saat untuk memutar yang di perlukan pada tahap melewati mistar
c) Mengubah arah gerak horizontal menjadi arah vertical.
3. Sikap Badan di atas Mistar
Sebaiknya sikap badan pada saat di atas mistar telentang dengan kedua kaki tergantung lemas.Usahakan dagu agak ditarik ke dekap dada,serta punggung berada di atas mistar yang merupakan busur yang melenting. Tujuannya adalah sebagai berikut
a) Membawa bagian tubuh melewati mistar dengan nyaman
b) Membawa titik berat badan sedikit mungkin dengan mistar tanpa menyentuh atau menjatuhkan
c) Menciptakan agar pendaratan dengan baik dan selamat
Sebaiknya sikap badan pada saat di atas mistar telentang dengan kedua kaki tergantung lemas.Usahakan dagu agak ditarik ke dekap dada,serta punggung berada di atas mistar yang merupakan busur yang melenting. Tujuannya adalah sebagai berikut
a) Membawa bagian tubuh melewati mistar dengan nyaman
b) Membawa titik berat badan sedikit mungkin dengan mistar tanpa menyentuh atau menjatuhkan
c) Menciptakan agar pendaratan dengan baik dan selamat
4. Mendarat
Sikap mendarat adalah sikap jatuh setelah melewati busa,sedangkan cara yang baik dalam melakukan pendaratan adalah sebagai berikut
a) Jika pendaratan terbuat dari matras,maka posisi jatuh adalah sisi bahu dan punggung terlebih dahulu
b) Jika pendaratan dilakukan di atas pasir,maka yang mendarat lebih dahulu adalah kaki.Ayun kaki kanan kemudian berguling ke depan ,bertumpu pada pundak bahu kanan.
Sikap mendarat adalah sikap jatuh setelah melewati busa,sedangkan cara yang baik dalam melakukan pendaratan adalah sebagai berikut
a) Jika pendaratan terbuat dari matras,maka posisi jatuh adalah sisi bahu dan punggung terlebih dahulu
b) Jika pendaratan dilakukan di atas pasir,maka yang mendarat lebih dahulu adalah kaki.Ayun kaki kanan kemudian berguling ke depan ,bertumpu pada pundak bahu kanan.
4. .Gaya Fosbury Flop
Cara melakukanya:
·Awalan, harus dilakukan dengan cepat dan menikung/ agak melingkar, dengan langkah untuk awalan tersebut kira – kira 7-9 langkah.
. ·Tolakan, Untuk tolakan kaki hampir sama dengan lompat tinggi yang lainya.Yakni, harus kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan menggunakan kaki kanan, maka tolakan harus dilakukan disebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki bersamaan dengan kedua tangan keatas disamping kepala, maka badan melompat keatas membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama.
. ·Sikap badan diatas mistar, sikap badan diatas mistar terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dan dagu agak ditarik ke dekat dada dan punggung berada diatas mistar dengan busur melintang.
. ·Cara mendarat, mendarat pada karet busa dengan ukuran (5 x 5 meter dengan tinggi 60 cm lebih) dan diatasnya ditutup dengan matras sekitar 10 – 20 cm, dan prtama kali yang mendarat punggung dan bagian belakang kepala.
Yang diutamakan dalam melakuakan Lompatan ialah, lari awalan dengan kecepatan yang terkontol. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar. Doronglah bahu dan lengan keatas pada saat take off. Lengkungan punggung di atas mistar. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalam dari lutut kaki ayun (bebas). Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
Cara melakukanya:
·Awalan, harus dilakukan dengan cepat dan menikung/ agak melingkar, dengan langkah untuk awalan tersebut kira – kira 7-9 langkah.
. ·Tolakan, Untuk tolakan kaki hampir sama dengan lompat tinggi yang lainya.Yakni, harus kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan menggunakan kaki kanan, maka tolakan harus dilakukan disebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki bersamaan dengan kedua tangan keatas disamping kepala, maka badan melompat keatas membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama.
. ·Sikap badan diatas mistar, sikap badan diatas mistar terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dan dagu agak ditarik ke dekat dada dan punggung berada diatas mistar dengan busur melintang.
. ·Cara mendarat, mendarat pada karet busa dengan ukuran (5 x 5 meter dengan tinggi 60 cm lebih) dan diatasnya ditutup dengan matras sekitar 10 – 20 cm, dan prtama kali yang mendarat punggung dan bagian belakang kepala.
Yang diutamakan dalam melakuakan Lompatan ialah, lari awalan dengan kecepatan yang terkontol. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar. Doronglah bahu dan lengan keatas pada saat take off. Lengkungan punggung di atas mistar. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalam dari lutut kaki ayun (bebas). Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Lari awalan yang terlalu cepat
2. Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3. Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4. Badan condong mendekati mistar.
5. Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6. Melewati mistar dalam posisi duduk.
7. Membuat lengkung badan terlalu awal.
8. Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
1. Lari awalan yang terlalu cepat
2. Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3. Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4. Badan condong mendekati mistar.
5. Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6. Melewati mistar dalam posisi duduk.
7. Membuat lengkung badan terlalu awal.
8. Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
Hal – hal yang harus di utamakan :
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak.
3. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Usahakan angkat vertikan pada saat take off/pada saat kaki bertolak meninggalkan tanah.
5. Doronnglah bahu dan lengan keatas pada saat take off.
6. Lengkungkan punggung di atas mistar.
7. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalm dari lutut kaki ayun (bebas).
8. Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak.
3. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Usahakan angkat vertikan pada saat take off/pada saat kaki bertolak meninggalkan tanah.
5. Doronnglah bahu dan lengan keatas pada saat take off.
6. Lengkungkan punggung di atas mistar.
7. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalm dari lutut kaki ayun (bebas).
8. Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung
Peraturan dan Tatacara Perlombaan Lompat Tinggi
Sebelum perlombaan dimulai, ketua Judge/ Juri harus
mengumumkan kepada segenap peserta lomba tentang tinggi mistar permulaan dan
tinggi berikutnya, berapa mistar lompat akan dinaikkan pada akhir tiap babak/
ronde, sampai tinggal hanya ada satu orang atlet peserta lomba yang tersisa
yang tersisa yang memenangkan perlombaan, atau terjadi hasil sama untuk
kedudukan pertama.
Latihan pemanasan pada Arena Perlombaan
Pada arena perlombaan dan sebelum dimulai event lomba,
tiap peserta lomba boleh melakukan latihan praktik lomba ( practice trials )
Sekali perlombaan telah dimulai, peserta lomba tidak
diizinkan untuk menggunakan sarana dan prasarana untuk maksud-maksud latihan,
meliputi:
Jalur ancang-ancang/awalanatau area bertolak atau
bertumpu,
Perlatan lomba
Tanda-tanda/marka-marka
Dalam semua event lapangan apabila suatu jalur
ancang-ancang digunakan, tanda-tanda/marka-marka harus di tetapkan di sepanjang
jalur awalan itu, kecualai untuk lompat tinggi dimana marka itu dapat di pasang
pada jalur awalan. Seorang peserta lomba boleh menggunakan satu atau dua marka
(di sediakan dan di sahkan oleh panitia penyelenggara) guna membantu dia dalam
melakukan lari ancang-ancang dan bertolak. Bila marka demikian tidak
tersediakan, dia boleh menggunakan pita perekat namun bukan kapur atau zat yang
mirip, yang meninggalkan bekas yang sukar di hapus.
Urutan lomba
Para peserta lomba harus berlomba dalam suatu urutan
hasil dari suatu undian. Apabila ada babak kualifikasi, ini harus diadakan
undian baru lagi untuk babak final.
Giliran lomba (Trials)
Dalam semua lomba nomor lapangan, kecuali lomba lompat
tinggi dan lompat tinggi galah, dan pesertanya lebih dari 8 orang atlet, tiap
peserta lomba berhak melakukan 3 kali giliran lomba dan 8 peserta lomba dengan
prestasi sah terbaik berhak mengikuti 3 kali giliran lomba tambahan. Dalam
event dengan hasil sama untuk kedudukan kualifikasi terakhir, ini harus
dipecahkan seperti dijelaskan pada butir 20 dibawah ini.Apabila peserta itu
hanya 8 atau lebih sedikit, tiap peserta berhak mendapatkan 6 x giliran lomba.
Dalam kedua kasus urutan berlomba untuk 3 babak terakhir akan diatur dengan
urutan kebalikan kepada ranking yang dicatat setelah 3 x giliran lomba yang
pertama.
Catatan: kecuali untuk lompat tinggi dan lompat tinggi
galah, tidak ada peserta lomba yang diijinkan melakukan giliran lomba melebihi
1 x giliran lomba yang dicatat didalam salah satu babak dari perlombaan.
Dalam semua perlombaan atletik internasional, kecuali
kejuaraan dunia (out door, junior, indoor dan pemuda) dan olimpiade, jumlah
giliran lomba dalam event lapangan horizontal boleh dikurangi. Hal ini harus
diputuskan oleh badan nasional atau internasional yang mengatur atau mengontrol
perlombaan dimaksud.Panjang keseluruhan mistar lompat harus 4,00 meter pada
lompat tinggi dan 4,50 meter pada lompat galah. Berat max mistar lompat harus 2
kg pada lompat tinggi dan 2,25 kg pada lompat galah. Diameter atau garis tengah
pada bagian mistar yang bulat haruslah 30 mm. Mistar lompat harus terdiri dari
3 bagian batang silinder dan 2 buah ujung mistar yang masing-masing 30-35 mm
lebar dan 15-20 cm panjang untuk maksud meletakkanya pada tiang lompat.
Bila hasil sama
Bila terjadi hasil sama pemecahanya sebagai berikut:
v Peserta dengan jumlah lompatan yang terkecil pada
ketinggian dimana “hasil sama” terjadi, harus diberikan kedududkan yang lebih
tinggi.
v Bila hasil sama itu masih tetap, peserta lomba
dengan jumlah kegagalan terkecil selama perlombaan sampai dengan ketinggian
yang terakhir yang dilewatinya, harus diberikan kedudukan yang lebih tinggi.
v Bila hasil sama itu masih tetap :
Kalau ini menyangkut kedudukan pemenang atau juara 1,
peserta yang membuat hasil sama harus melakukan lompatan sekali lagi pada
ketinggian terendah dimana mereka yang terlibat pada hasil sama telah
kehilangan haknya untuk meneruskan lomba, dan bila tidak ada keputusan yang
dapat dicapai, maka mistar lompat akan dinaikkan bila atlit-atlit yang membuat
hasil sama adalah berhasil, atau diturunkan apabila tidak berhasil, yaitu 2 cm
untuk lompat tinggi dan 5 cm untuk lompat galah. Mereka kemudian mencoba 1 x
lompatan pada setiap ketinggian sampai hasil sama terpecahkan. Para peserta
lomba yang membuat hasil sama harus melompat pada setiap kesempatan ketika
memecahkan masalah hasil sama ini.
Apabila ini menyangkut kedudukan yang lain, maka peserta
lomba yang hasilnya sama harus diberikan posisis yang sama dalam perlombaan
itu.
Peserta harus bertolak pada satu kaki
Seorang peserta gagal apabila:
Setelah melompat mistar lompat tidak tetap berada pada
penopangnya dikarenakan gerakan si atlit waktu sedang melompat.
Dia menyentuh tanah termasuk daerah pendaratan di balik
bidang tegak dari sisi dengan lebih dekat tiang lompat,baik itu daintara atau
di luar tiang lompat dengan salah satu bagian dari tubuhnta, tanpa pertama kali
melewati mistar lompat. Namun, bila dia melompat seorang peserta lomba
menyentuh tempat pendaratan dengan kakinya dan menurut pendapat Judge/juri
tidak memperoleh keuntungan, maka lompatan dengan alasa itu harus tidak dinilai
sebagai suatu kegagalan.
Catatan : Untuk membantu meng-implementasikan peraturan,
suatu garis putih lebar 50mm harus diletakkan dengan titik 3m di luar tiap-tiap
tiang, sisi yang lebih dekat ke garis diletakkan sepanjang bidang yang lebih
dekat dengan sisi tiang lompat.Jalur ancang-ancang dan area atau tempat
bertolak.
Panjang minimum jalur ancang-ancang haruslah 15 meter
kecuali dalam perlombaan berdasar pasal 1.1 a), b), dan c) dimana panjang
minimumnya adalah 20 meter, bila kondisinya mengijinkan panjang minimum adalah
20 meter. Kemiringan keseluruhan maksimum jalur ancang-ancang dan tempat
bertolak atau bertumpu harus tidak melebihi 1:250 dalam arah ke pusat mistar
lompat. Daerah tempat bertolak atau bertumpu harus datar.
Peralatan
Tiang lompat. Semua bentuk dan model tiang lompat dapat
digunakan, asalkan mereka itu kaku dan kekar. Tiang itu mempunyai penopang yang
kokoh untuk mistar lompat. Tiang lompat ini haruslah cukup tinggi untuk
melebihi tinggi sebenarnya terhadap mana kistar lompat dinaikkan dengan minimum
10 cm. Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang dari 4 meter juga tidak
melebihi dari 4,04 meter.
Tiang lompat atau tiang harus tidak dipindah atau tidak
dirubah selama perlombaan berlangsung kecuali jika wasit memfikirkan bahwa
apakah tempat bertumpu atau bertolak ataukah tempat pendaratan tidak sesuai
lagi. Dalam hal ini perubahan harus dilakukan hanya setelah satu ronde atau
babak setelah lengkap selesai dilakukan.Penopang dan mistar. Penopang ini harus
datar dan segi empat, 4 cm lebar x 6 cm panjang. Ini harus terpasang kokoh pada
tiang lompat dan diletakkan saling berhadapan. Ujung mistar lompat harus duduk
atau terletak diatas penopang sedemikian rupa, sehingga bila mistar disentuh
oleh pelompat ini dengan mudah akan jatuh ketanah baik kedepan maupun
kebelakang.Penopang tidak boleh dibungkus dengan karet atau dengan bahan lain
yang memiliki efek menambah friksi atau geseran antara mereka dengan permukaan
mistar lompat, juga tidak dibenarkan memakai per atau pegas apapun.
Lompat Galah
Sejarah dan Perkembangan Lompat Galah
Lompat galah dipercayai berasal dari benua eropah. Pada
waktu, galah digunakan untuk melepasi rintangan atau halangan semulajadi di
kawasan berpayaseperti di wilayah Friesland yang terletak di negara Belanda.
Kerja-kerja pengeringan dikawasan ini telah menghasilkan jaringan saluran atau
parit yang saling bersilang antarasatu sama lain. Disebabkan perkara ini,
masyarakat pada ketika itu menyimpan galah dirumah masing-masing bagi
mengelakkan daripada terkena air semasa menyeberangi parit. Selain itu, mereka
juga ingin mengelakkan daripada perjalanan yang membosankan di atas jambatan.
Gondola venetian atau pengayuh sampan di venice mengunakan galah untuk
mengerakkan sampan mereka dari tebing.
Pertandingan lompat galah pada mulanya diukur berdasarkan
jarak bukan ketinggian. Pertandingan ini diadakan secara tahunan di kawasan
tanah pamah sekitar lautan utara. Pertandingan lompat galah yang mengambil
kira ketinggian mula-mula diadakan pada tahun 1843 bertempat di club sepak bola
dan kriket Ulverston,Cumbria. Pelompat galah pada masa ini mengunakan
galah yang dibuat dari pada buluh yang mempunyai ujung yang tajam.
Pertandingan ini diadakan di kawasan berumput. Fasa menanam galah dan
mendarat dilakukan diatas rumput. Hal ini kerana ketiadaan petak
lonjak pada waktu ini. Pertandingan lompat galah seperti yang terdapat pada
zaman kini bermula pada 1850 di Jerman. Hal ini terjadi berikutan acara ini
telah diambil sebagai salah satu displin dalam gimnastik oleh kelab gimnastik
Turner yang dimiliki oleh Johann C. F. Guts Muthsdan Frederich L. Jahn.Versi
moden bagi sukan lompat galah mula-mula dipertandingkan di AmerikaSyarikat pada
hujung abad ke-19.
Semasa sukan Olimpik 1896, rekod bagi acara
ini direkodkan ia itu, 3.2m. rekod ini dilakukan dengan mengunakan galah
yang di perbuat dari pada buluh. Disebabkan kemajuan manusia dalam bidang
sains, sukan ini telah mengalami inovasi dari segi pengunaan galah dalam sukan.
Kini galah yang digunakan diperbuat daripada gentian kaca atau karbon.
Pengunaan tilam juga digunakan bagi memastikan palang, selalunya secara
'paksaan' menyebabkan kedudukan keseluruhan badannya menegak dengan kaki ke
atas. Dalam kaedah kedua pula, peserta melakukan pergerakan badannya bersama
galah dan melepaskannya dengankuat sebaik sahaja dirinya melepasi palang.
Pergerakan peserta dalam kaedah ini adalah lebih pantas, dan badannya melepasi
palang pada kedudukan hampir mendatar. Penggunaan galah jenis ini
diteruskan hingga kini dengan pengubahsuaian dilakukan dari semasa ke semasa
untuk mendapatkan galah terbaik bagi peserta dalam acara ini. Ketinggian
lompatan terus meningkat danmereka yang mengambil bahagian dalam acara ini
turut meningkat sehingga menjadikan acara lompat bergalah sebagai acara
olahraga yang menarik serta mendapat sambutan ramai, walaupun sukar bagi
sesetengah orang.
Tekhnik Lompat Galah
Ada beberapa teknik yang harus dilakukan seorang
pelompat dalam lompat tinggi galah ini. Mari kita perhatikan bersama-sama
penjelasan berikut :
1. Awalan
Yang dilakukan pertama mengambil ancang-ancang untuk
berlari posisi tubuh harus dikontrol untuk melakukan gerakan menancapkan galah
dan menumpu dengan tepat. Teknik Awalan; Awalan jaraknya harus
panjang, supaya dapat mencapai kecepatan maksimum ketika menumpu. Saat berlari
usahakan konsisten dan prima yg bertujuan atlet dapat mengontrol posisi
tubuhnya dari proses menancapkan galah dan menginjak titik tumpu dengan tepat.
Galah harus dipegang yang kuat, dan yang perlu diperhatikan cara memegang jarak
yang cukup lebar, untuk memperoleh tumpuan yang baik.
2. Gerakan menancapkan Galah
Tekhnik menancap galah yang pertama adalah dalam
proses menancapkan galah hendaknya langsung ke arah depan dan atas, jangan
menggeserkan galah di tanah. Sedikit kalaupun terpaksa supaya kedua tangan
terpisah pada jarak yang cukup lebar.
Tancapkan galah setelah jarak 3 langkah sebelum menumpu
dengan menggunakan ujung galah. Galah menancap sejajar garis lurus sehingga
ujungnya terletak dibawah kepala atlet pada saat start untuk tumpuan.
Kecepatan sangat penting ketika melentingkan galah,
Selanjutnya posisi badan hendaknya langsung mengarah bagian belakang dari parit
pendaratan. Kaki yang akan digunakan menumpu hendaknya diletakkan tepat di
bawah garis tegak lurus yang ditarik mulai dari tangan yang paling atas.
Sebelum melentingkan galah gerakan yang harus dilakukan
ialah; gerakan push-pull yaitu gerakan menekan (pushing)
galah dengan tangan yang terletak lebih rendah, sementara tangan yang atas
menarik ujung galah ke bawah. Gerakan pull-swing adalah
gerakan menarik dengan tangan yang di atas, sementara tubuh berayun ke depan,
di belakang tangan bawah yang menekuk. Kedua gerakan ini harus dilakukan dengan
benar, sehngga pusat gaya berat tubuh tetap berada di belakang
3. Berayun dan menggelantung
Gerakan ini bertujuan untuk menambah kelentingan dan
untuk menyimpan lebih banyak tenaga potensial di dalam galah. Dengan posisi
tubuh pelompat yang benar akan didapat posisi yang paling baik untuk mengangkat
tubuh ke atas, saat tenaga yang disimpan waktu menggantung dikeluarkan lagi
segera untuk melewati mistar.
4. Tarikan dan Putaran (pull & turn)
Gerakan pulling (menarik) dimulai ketika
pusat dari gaya berat tubuh si pelompat berada dekat galah. Mulailah
energi dilepaskan yaitu dengan gerakan meluruskan kembali. Gerakan ini
mengikuti fase pasif relatif setelah tubuh menggelantung,
ketika si pelompat menunggu terlepasnya tubuh. Tarikan lurus searah sumbu
galah. Putaran tubuh diperoleh dengan gerakan tangan atas yang mulai menarik
kearah pinggul dan bukan kearah dada. Kedua kaki tetap diangkat tegak lurus,
sewaktu dilakukan gerakan menarik dan berputar.
5. Push –off dan melintasi
mistar
Gerakan push-off (melentingkan diri) dimulai
segera setelah tarikan tangan yang diatas, mencapai posisi dekat pada pinggul.
Gerakan ini sebetulnya lanjutan dari gerakan menarik tadi. Pada permulaan dari
gerakan melenting ini, galah harus membentuk sebesa 85 - 90º. Sebelum pelompat
melepaskan tanganya, lakukanlah putaran melingkar mistar dengan cara
menjatuhkan kedua kaki sedikit, dan denga reaksi dari daya dorong tubuh
terhadap galah. Jika daya dorong ke atas melampaui taikan ke bawa oleh kedua
kaki, pusat gaya berat si pelompat akan terus melambung tinggi
setelah galah dilepaskan.
Gerakan ini merupakan gerakan terakhir yaitu melewati
garis mistar. Jadi suksesnya gerakan ini tergantung dari latihan dan latihan
dan teknik gerakan-gerakan awal yang benar sehingga dapat menimbulkan gerakan
akhir yang sempurna. demikian, penjelasan tentang olahraga lompat tinggi galah,
jenis olahraga ini menjadi langganan dalam daftar ivent internasional seperti
olimpiade dll.
Kesalahan Yang Sering Terjadi
Hindarkan keterlambatan menancapkan galah dengan cara
langsung menggerakkan galah ke depan sejak 2 langkah tcrakhir.
Tancapkan galah dengan kokoh, sesaat sebelum kaki yang
akan dipakai take off menginjak titik take off.
Untuk mencegah take off dengan posisi kaki yang salah,
aturlah jarak lari, Perpanjang atau perpendek jarak tadi.
Jangan lupa memeriksa posisi kedua tangan setelah
menancapkan galah. Jarak kedua tangan itu harus cukup lebar terpisah. Kalau
perlu ketukkan galah untuk mencegah tangan bawah tidak menggelincir keatas
lagi.
Usahakan agar dada tidak bergerak kearah galah dengan
cara mengkakukan lengan bawah pada saat take off.
Lompat Ganda ( Jungkit / Triple Jump )
Lompat Jangkit atau triple jump
Gerakan lompat jangkit memproyeksikan pusat gaya berat
tubuh si pelompat di udara ke arah depan dengan melalui tiga tahapan lompatan
atau tumpuan. Yaitu Hop-Step-Jump.
Menurut ketentuan si pelompat harus melakukan tiga kali menumpu, menumpu dua kali dengan kaki yang sama yang disebut step dan diakhiri dengan gerakan jump atau lompat. Hasil dari suatu lompatan sangat tegantung dari kecepatan horizontal dan kekuatan pada ketiga tahapan tumpuan tesebut. Jarak antara hop, step, jumpbervariasi tergantung dari kecepatan, kekuatan, dan kelentukan otot. Sudut tumpuan yang tepat sangat membantu menjaga kecepatan.
Awalan dalam lompat jangkit
Menurut ketentuan si pelompat harus melakukan tiga kali menumpu, menumpu dua kali dengan kaki yang sama yang disebut step dan diakhiri dengan gerakan jump atau lompat. Hasil dari suatu lompatan sangat tegantung dari kecepatan horizontal dan kekuatan pada ketiga tahapan tumpuan tesebut. Jarak antara hop, step, jumpbervariasi tergantung dari kecepatan, kekuatan, dan kelentukan otot. Sudut tumpuan yang tepat sangat membantu menjaga kecepatan.
Awalan dalam lompat jangkit
untuk meningkatkan kecepatan lari dengan tidak menghambat
dari tumpuan-tumpuan tersebut, Jarak awalan harus cukup panjang 35 – 40 meter,
supaya kecepatan mencapai titik maksimal pada waktu melakukan tumpuan. Gerakan
lari konstan dan mampu menempatkan kaki tumpu pada balok dengan tepat.
Gerakan Hop
Gerakan hop adalah gerakan dua kali
menumpu kaki yang sama dengan tidak menghambat kecepatan lari atau awalan.
Supaya lebih jelasnya perhatikan penjelasan berikut:
Perubahan kecepatan yaitu tekanan kaki ke arah depan dan ke atas yang digerakkan oleh kaki tumpu.
Perubahan kecepatan yaitu tekanan kaki ke arah depan dan ke atas yang digerakkan oleh kaki tumpu.
Perubahan gerakan cenderung ke arah depan tidak ke atas.
Setelah menumpu kaki menekan mengayuh dengan tenaga penuh
sehinga kaki hampir sejajar dengan tanah.
tahap akhir gerakan dengan sikap melayang untuk melakukan
pendaratan.
Sebelum mendarat kaki tumpu harus digerakkan ke depan, sedangkan kaki yang satu tergantung bebas di belakang titik pusat berat badan.
Sebelum mendarat kaki tumpu harus digerakkan ke depan, sedangkan kaki yang satu tergantung bebas di belakang titik pusat berat badan.
Saat kaki menumpu tumit lebih dahulu menyentuh tanah,
tumit berada di depan titik pusat berat badan. saat melayang punggung
diusahakan tegak tidak condong.
Gerakan step
Gerakan tumpuan yang ketiga yang dilakukan setelah
gerakan tumpuan kaki yang sama, gerakan ini bertujuan mengubah kecepatan ke
arah gerakan step, untuk menjaga gerak mendatar sebanyak mungkin untuk dapat
mengangkat bobot badannya ke arah jump. Untuk mendapatkan Gerakan step yang
baik. Anda perhatikan penjelasan berikut:
Jaraknya langkah tergantung dari kecepatan saat melakukan
tumpuan.
Perpindahan diperoleh saat gerakan hop ke
arah gerakan step disamping kaki yang diangkat mengayun.
Setelah kaki melakukan dorongan yaitu setelah
gerakan hop kemudian kaki yang satunya bergerak dari sikap
tergantung di belakang digerakan dengan lutut terlebih dahulu dan pangkal paha
dipertahankan jangan bergerak turun.
Kaki harus digerakkan setinggi mungkin anggota badan
bagian bawah tidak kaku dan tetap terayuh.
Sebelum gerakan menumpu kaki ayun dipertahankan
tergantung kemudian hentakan kaki ke atas untuk mendapatkan suatu ketinggian,
dengan tumit terlebih dahulu dengan berat badan berada di depan tumit. badan
waktu melayang dipertahankan tegak.
Gerakan mendarat atau Jump
Gerakan jump ini merupakan bagian terakhir dari gerakan-gerakan sebelumnya, gerakan hop dan step, untuk mendapatkan pendaratan yang sempurna perhatikan penjelasannya:
Gerakan jump ini merupakan bagian terakhir dari gerakan-gerakan sebelumnya, gerakan hop dan step, untuk mendapatkan pendaratan yang sempurna perhatikan penjelasannya:
Jauhnya hasil suatu lompatan tergantung dari kontribusi
gerakan-gerakan awal.
Gerakan step diikuti dengan kaki yang tergantung yang
diayunkan ke muka dibantu dengan ayunan kedua tangan.
Badan diusahakan setegak mungkin untuk memperoleh
ketinggian yang diinginkan.
Gerakan melayang biasanya menggunakan teknik Hang
stile.
Merentangkan kedua belah lengan ke atas dimaksudkan untuk
menahan gerakan turun ke bawah (drop).
Waktu mendarat perhatian tertuju pada kaki yang diayunkan
sejauh mungkin ke depan dari pinggul.
Lutut belakang diangkat ke depan sehingga sejajar dan
kedua lengan digerakan ke depan membantu gerakan kaki, setelah tumit menyetuh
pasir gerakan pinggul mendorong ke depan agar tidak jatuh ke belakang.
Ukuran untuk Lapangan dari awal lari sampai balok tumpuan
± 45m, dari balok tumpuan sampai bak lompatan ± 13m, bak lompat panjang 8m,
lebar 2,75m. kedalaman bak lompat ± 10-20cm.